EKOLOGI TUMBUHAN
EKOSISTEM PEKARANGAN DESA DAN TALUN
DOSEN PEMBIMBING: Dr. H. ELFIS, M.Si
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
ILHAM S, MELISA, MISDAR, NOVIKA SARI, PURNAMA SARI, SARILLA M S, SARVITA AY
KELAS: 6C
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, karena kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan tugas makalah ekologi tumbuhan ini dengan materi tentang “Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun”. Seterusnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Ekologi Tumbuhan serta semua pihak yang telah membantu kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang faktor klimatologis, edaphis, dan siklus biogeokimia dalam ekosistem pekarangan desa dan talun.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Pekanbaru, 18 Mei 2014
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................... .............3
BAB I EKOSISTEM PEKARANGAN DESA DAN TALUN................................... 5
1.1. Pengertian Ekosistem............................................................................................... 5
1.2. Agroforestry............................................................................................... ..............6
1.3. Ekosistem Pekarangan Desa...................................................................... ...............7
1.3.1. Pengertian Pekarangan Desa....................................................... ...............7
1.3.2. Pengertian Ekosistem Pekarangan Desa...................................................... 9
1.3.3. Karakteristik Pekarangan Desa................................................................. 10
1.3.4. Fungsi Pekarangan Desa............................................................ ...............13
1.3.5. Jenis-jenis tanaman pekarangan desa ........................................ ................16
1.4. Ekosistem Talun....................................................................................................... 33
1.4.1. Pengertian Talun........................................................................ ................33
1.4.2. Fungsi Talun.............................................................................................. 35
1.4.3. Struktur vegetasi Talun.............................................................. .................36
BAB II KOMPONEN-KOMPONEN EKOSISTEM PEKARANGAN DESA DAN TALUN
2.1. Komponen Abiotik Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun.................. ....................38
2.2. Komponen Biotik Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun..................... ...................42
2.3. Faktor Edaphis dan Klimatologis Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun...................44
2.4. Pola Ketergantungan Komponen Biotik terhadap Komponen Abiotik pada Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun........................................................................................................ 55
BAB III POLA INTERAKSI EKOSISTEM PEKARANGAN DESA DAN TALUN
3.1 Pola Interaksi Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun...............................................56
3.1.1 Interaksi Antar Organisme ...........................................................................57
3.1.2 Interaksi Antar Populasi...............................................................................59
3.1.3 Interaksi Antar Komunitas.................................................................. ..........60
3.2 Pola Rantai Makanan, Jaring-jaring Makanan,Piramida Biomassa,Piramida
Makanan pada Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun.............................................60
3.2.1 Rantai Makanan ..........................................................................................60
3.2.2 Jaring-jaring Makanan..................................................................................63
3.2.3 Tingkat Trofik...............................................................................................64
3.2.4 Struktur Trofik dan Piramida Ekologi.............................................................65
3.3 Aliran Energi dan Siklus Materi pada Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun.............70
3.3.1 Aliran Energi dalam ekosistem.......................................................................70
3.3.2 Siklus Energi.................................................................................................71
BAB IV PERUBAHAN EKOSISTEM PEKARANGAN DESA DAN TALUN.....78
4.1. Keseimbangan dalam ekosistem............................................................ .........78
4.2. Gangguan pada ekosistem pekarangan desa................................................... 79
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 81
5.1. Kesimpulan............................................................................................ ........81
5.2. Saran...................................................................................................... .......82
Lampiran ...................................................................................................... ........83
Daftar Pustaka..................................................................................................... ..........123
BAB I
EKOSISTEM PEKARANGAN DESA DAN TALUN
1.1. Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah hubungan saling mempengaruhi (timbal balik) antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dibentuk oleh komponen-komponen makhluk hidup (biotik) dan makhluk tidak hidup (abiotik). Menurut Soemarwoto dalam Indriyanto (2008), ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem (system ekologi) itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, mengingat didalamnya tercakup organisme dan komponen abiotik yang masing-masing saling mempengaruhi (Resosoedarmo dkk, 1986).
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya (Wikipedia ).
Istilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A.G. Tansley pada tahun 1935. Meskipun tentu saja konsep itu bukan merupakan konsep yang baru. Terbukti bahwa sebelum akhir tahun 1800-an, pernyataan-pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistem mulai terbit dalam literature-literatur ekologi di Amerika, Eropa dan Rusia (Odum dalam Indriyanto, 2008).
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang didalamnya tercakup organism dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan antara keduanya saling memengaruhi (Odum dalam Indriyanto, 2008). Ekosistem dikatakan sebagai unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secar lengkap, sehingga di dalam inut ini siklus materi dan arus materi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya (Odum dalam Indriyanto, 2008).
Menurut Irhanshah (2008), ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik atau interaksi antara organisme dengan lingkungan abiotiknya. Definisi yang lebih tepat mengenai ekosistem adalah tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi ( Irhanshah, 2008).
1.2. Agroforestry
Menurut King dan Chandler dalam Elfis (2010) mendefinisikan agroforestry sebagai berikut: suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat.
Pekarangan atau kebun adalah sistem bercocok tanam berbasis pohon yang paling terkenal di Indonesia selama berabad-abad. Sistem pekarangan diawali dengan penebangan dan pembakaran hutan atau semak belukar yang kemudian ditanami dengan tanaman semusim selama beberapa tahun (fase kebun). Pada fase ke dua pohon buah-buahan (durian, rambutan, pepaya, pisang) ditanam secara tumpang sari dengan tanaman semusim (fase kebun campuran) . Pada fase ketiga beberapa tanaman asal hutan yang bermanfaat dibiarkan tumbuh sehingga terbentuk pola kombinasi tanaman asli setempat misalnya bambu, pepohonan penghasil kayu lainnya dengan pohon buah-buahan (fase talun). Pada fase ini tanaman semusim yang tumbuh di bawahnya amat terbatas karena banyaknya naungan. Fase perpaduan berbagai jenis pohon ini sering disebut dengan fase ‘talun’. Dengan demikian pembentukan talun memiliki tiga fase yaitu kebun, kebun campuran dan talun.
Gambar 1. Perkembangan sistem kebun talun (de Foresta et al, 2000)
1.3. Ekosistem Pekarangan Desa
1.1.1. 1.3.1. Pengertian Pekarangan Desa
Pekarangan merupakan salah satu bentuk dari agroekosistem yang menunjukkan adanya satu kesatuan antara sistem pertanian tradisional yang khas dengan sistem penggunaan lahan lainnya, yang mempunyai perbedaan dengan sistem pertanian lainnya yang ada di pedesaan. Pekarangan merupakan ekosistem buatan.
Menurut Agus (2011), ekosistem pekarangan adalah salah satu contoh ekosistem yang diciptakan juga oleh manusia yang bertujuan untuk mempercantik halaman rumah ataupun lainnya. Ekosistem pekarangan merupakan bagian terkecil dari ekosistem padang rumput dan perkebumama sawit baik secara luas area, komponen penyusun, stabilitas, maupun produktivitas.
Ekosistem pekarangan adalah hubungan antara beberapa populasi baik itu binatang dan tumbuhan serta mahluk hidup lainnya yang hidup dalam suatu kawasan pekarangan serta membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keseimbangan yang dinamis yang mengadakan interaksi baik secara langsung maupun tak langsung dengan lingkungannya dan antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Mampura Kecamatan Benteng Hilir di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai macam jenis tanaman yang merupakan suatu komunitas, binatang peliharaan seperti ayam, itik, sapi, kambing, ikan dan kerbau. Salah satu unsur fisik daripada ekosistem ini adalah tanah. Sebenarnya tanah sendiri merupakan suatu sistem yang kompleks. Didalamnya tumbuh jasad-jasad renik penyubur tanah. Secara menyeluruh sistem kesuburan ini sangat peka terhadap perubahan. Untungnya, kesuburan tanah pekarangan ditentukan oleh pemiliknya. Artinya, bila tanah di biarkan terus-menerus ditanam tanpa adanya penambahan pupuk, sudah tentu kesuburannya makin lama makin menurun. Sebaliknya, bila pemiliknya merawatnya dengan baik, kesuburannya dapat dipertahankan.
Dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar pekarangan tersebut, untuk keperluan pupuk-memupuk orang menggunakan kotoran hewan. Tidak jarang sampahpun dimanfaatkan untuk kompos. Kedua macam pupuk ini sangat membantu kesuburan tanah yang ada. Bila kesuburan tanah dapat dipertahankan, tanaman yang tumbuh diatasnya akan tumbuh subur. Sebagian dari tanaman ini dimanfaataka untuk pakan hewan, sebagian lagi untuk pemiliknya Tanaman pekarangan banyak ragamnya. Keanekaragaman ini menguntungkan, tidak saja dilihat dari segi hama dan penyakit, melainkan juga dilihat dari segi penggunaan oleh cahaya matahari oleh tanam-tanaman. Daya tahan masing-masing jenis terhadap suatu hama dan penyakit tidaklah sama. Bila jenis yang satu terserang, jenis yang lain bisa bertahan, dengan demikian perluasan penyerangan tidak terjadi.
1.1.1. 1.3.2. Pengertian Ekosistem Pekarangan Desa
Pekarangan merupakan salah satu bentuk dari agroekosistem yang menunjukkan adanya satu kesatuan antara sistem pertanian tradisional yang khas dengan sistem penggunaan lahan lainnya, yang mempunyai perbedaan dengan sistem pertanian lainnya yang ada di pedesaan. Pekarangan merupakan ekosistem buatan.
Ekosistem pekarangan adalah hubungan antara beberapa populasi baik itu binatang dan tumbuhan serta mahluk hiduplainnya yang hidup dalam suatu kawasan pekarangan serta membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keseimbangan yang dinamis yang mengadakan interaksi baik secara langsung maupun tak langsung dengan lingkungannya dan antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Menurut Agus (2011), ekosistem pekarangan adalah salah satu contoh ekosistem yang diciptakan juga oleh manusia yang bertujuan untuk mempercantik halaman rumah ataupun lainnya. Ekosistem pekarangan merupakan bagian terkecil dari ekosistem padang rumput dan perkebumama sawit baik secara luas area, komponen penyusun, stabilitas, maupun produktivitas.
Ekosistem pekarangan adalah hubungan antara beberapa populasi baik itu binatang dan tumbuhan serta mahluk hidup lainnya yang hidup dalam suatu kawasan pekarangan serta membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keseimbangan yang dinamis yang mengadakan interaksi baik secara langsung maupun tak langsung dengan lingkungannya dan antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Mampura Kecamatan Benteng Hilir di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai macam jenis tanaman yang merupakan suatu komunitas, binatang peliharaan seperti ayam, itik, sapi, kambing, ikan dan kerbau. Salah satu unsur fisik daripada ekosistem ini adalah tanah. Sebenarnya tanah sendiri merupakan suatu sistem yang kompleks. Didalamnya tumbuh jasad-jasad renik penyubur tanah. Secara menyeluruh sistem kesuburan ini sangat peka terhadap perubahan. Untungnya, kesuburan tanah pekarangan ditentukan oleh pemiliknya. Artinya, bila tanah di biarkan terus-menerus ditanam tanpa adanya penambahan pupuk, sudah tentu kesuburannya makin lama makin menurun. Sebaliknya, bila pemiliknya merawatnya dengan baik, kesuburannya dapat dipertahankan.
Dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar pekarangan tersebut, untuk keperluan pupuk-memupuk orang menggunakan kotoran hewan. Tidak jarang sampahpun dimanfaatkan untuk kompos. Kedua macam pupuk ini sangat membantu kesuburan tanah yang ada. Bila kesuburan tanah dapat dipertahankan, tanaman yang tumbuh diatasnya akan tumbuh subur. Sebagian dari tanaman ini dimanfaataka untuk pakan hewan, sebagian lagi untuk pemiliknya Tanaman pekarangan banyak ragamnya. Keanekaragaman ini menguntungkan, tidak saja dilihat dari segi hama dan penyakit, melainkan juga dilihat dari segi penggunaan oleh cahaya matahari oleh tanam-tanaman. Daya tahan masing-masing jenis terhadap suatu hama dan penyakit tidaklah sama. Bila jenis yang satu terserang, jenis yang lain bisa bertahan, dengan demikian perluasan penyerangan tidak terjadi.
1.1.1. 1.3.3. Karakteristik Pekarangan Desa
Pekarangan adalah taman rumah tradisional yang bersifat pribadi, yang merupakan sistem yang terintegrasi dengan hubungan yang erat antara manusia, tanaman, dan hewan. Pekarangan juga merupakan ruang terbuka yang sering dimanfaatkan untuk acara kekerabatan dan kegiatan sosial. Pekarangan mempunyai banyak fungsi, yaitu untuk agroforestri, Konservasi sumberdaya alam yang bersifat genetika, tanah dan air, produksi pertanian, serta hubungan sosial budaya di area pedesaan.
Karekteristik pekarangan desa yaitu memiliki aspek estetika, fungsional, dan pelestarian lingkungan, perkarangan dapat merupakan symbol status ekosistem buatan, ekosistem di katakan stabil apabila:
a. Permukaan perkarangan datar, karenanya tidak terdapat erosi
b. Tanaman di perkarangan beraneka ragam, dengan tajuk yang berlapis-lapis dapat menahan air hujan yang jatuh sehingga dapat menguraikan air larian
c. Terbentuknya iklim mikro yang lebih baik (sejuk)
d. Pembentukan humus tak terganggu dan terus mendapat tambahan bahan-bahan organik
e. Dapat di laksanakan daur ulang limbah rumah tangga.
Pekarangan merupakan suatu tipe hutan desa yang merupakan sistem yang bersih dan terpelihara dengan baik dan terdapat disekitar rumah, ukuran kecil (0,1 ha), dipagari dan ditanami dengan berbagai jenis tanaman mulai sayuran-sayuran sampai kepohon yang berukuran sedang dengan ketinggian 20 m, dan banyak dilakukan oleh masyarakat dipulau jawa. Lapisan tanah di bawah 1,5 m biasanya di dominasi oleh sayur-sayuran seperti bayam, kangkung, cabai dan lain-lain. Lapisan kedua dari ketinggian 1,5-5 m didominasi oleh tanaman pangan seperti singkong, pisang, papaya, tanaman hias dan semak seperti Plumeria sp (Affandi, 2002).
Menurut Arifin (1995), menjelaskan bahwa struktur pekarangan terbentuk tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat, tetapi dipengaruhi oleh sifat ekologis tanaman dan jenis hewan.
Menurut Affandi (2002) Lapisan yang lebih tinggi terdiri dari pohon yang ketinggiannya berbeda-beda dan terdiri dari beberapa lapisan tajuk seperti :
a. Lapisan yang lebih rendah merupakan pohon kecil seperti jeruk, jambu biji, kopi, dan coklat
b. Lapisan tengah didominasi oleh berbagai jenis buah-buahan seperti nangka, mangga, rambutan, spesies lekung, nira, dan manggis.
c. Lapisan tertinggi terdiri dari pohon durian atau kelapa yang ketinggiannya bisa mencapai 30 m.
Menurut Widagda et-al (1984), struktur perkarangan setiap tahunnya sama, meskipun ada perbedaan-perbedaan menurut musim. Stratum terbawah (dibawah satu mater) didominasi oleh tanaman pangan yang mengandung zat perekat, sayur-sayuran dan rempah-rempah, umpamanya talas, lombok, terong dan lengkuas. Stratum berikutnya (antara satu dan dua meter) juga didominasi oleh tanaman dengan zat perekat lainnya, umpanya ganyong (canna edulis), Xanthosoma, singkong dan gembili (dioscorea esculenta). Tanaman yang biasanya banyak terdapat diperkarangan adalah singkong dan gayong. kedua jenis tanaman ini berkardar kalori tinggi, dan sangat penting sebagai pengganti beras. Stratum kedua (dua sampai lima meter) didominasi oleh pisang, pepaya dan pohon buah-buahan lainnya umpamanya nangka, mangga, jambu, rambutan, dan tanaman lainnya seprti . Stratum tertnggi, yaitu diatas 10 meter, didominasi oleh pohon-pohon kelapa dan pohon lainnya.
Kekhasan pekarangan yang ada di Indonesia dengan keanekaragaman flora dan fauna yang mengisi pekarangan merupakan suatu kekayaan yang tidak ternilai. Biasanya keluarga itu memelihara ternak, dimana kotoran ternak itu dapat pula menjadi pupuk untuk tanaman. Pekarangan jika dimanfaatkan secara konseptual dan dipelihara secara benar dan baik akan memberikan hasil tidak ternilai. Artinya kita manfaatkan dengan pendekatan ekosistem dan memperhatikan semua kepentingan yang ada di rumah kita, seperti kepentingan ibu, bapak, anak-anak, bahkan pembantu. Selain ditanami dengan tanaman kita juga dapat memelihara ternak. Kotoran ternak itu dapat dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk. Begitu pula sampah atau daun-daunan bisa dijadikan kompos. Di samping memberikan hasil bersifat kebendaan yang dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah, pekarangan juga memberikan hasil yang abstrak yaitu ketenangan, keindahan dan kedamaian yang dapat memenuhi kebutuhan untuk kesehatan rohaniah (Irwan, 2008).
Di pekarangan kita tanam dengan beraneka jenis tanaman yang menghasilkan yang dibutuhkan sehari-hari seperti tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan, tanaman obat-obatan, bumbu-bumbuan, rempah-rempah, dan lain-lain. Hasil pekarangan banyak variasinya yang dapat menghasilkan sepanjang tahun, dengan hasil yang segar. Bercocok tanam di pekarangan dan pemeliharaannya dapat dilakukan setiap saat, tentu saja mudah dijangkau, menghemat waktu, ekonomis, efisien dan efektif. Hasilnya dapat dipanen dengan hati-hati sehingga tidak rusak, pada saat yang diinginkan dengan kualitas yang tinggi (Irwan, 2008).
1.3.4. Fungsi Pekarangan Desa
Lahan pekarangan apabila dikelola dengan baik akan memberikan banyak manfaat bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun sebagai sumber tambahan pengahsilan keluarga
Lahan pekarangan memiliki berbagai fungsi dan manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1. Fungsi Lumbung Hidup
Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya dapat membantu penghuninya menyediakan sumber pangan yang hidup (lumbung hidup) seperti : tanaman palawija, tanaman pangan dan hortikultura, hasil binatang peliharaan, dan ikan.
2. Fungsi Warung Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman dan binatang peliharaan yang setiap saat siap dijual untuk kebutuhan keluarga pemiliknya.
3. Fungsi Apotik Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan, misalnya lengkuas, Ketumbar, kunyit, kencur, jahe, paria, kapulaga dan sebagainya. Tanaman tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan tradisional yang tidak kalah khasiatnya dengan obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi
4. Fungsi sosial
Lahan pekarangan yang letaknya berbatasan dengan tetangga biasanya digunakan untuk ngumpul-ngumpul tempat bermain, berdiskusi, dan kegiatan sosial lainnya. Hasil pekarangan biasanya saling ditukarkan dengan hasil pekarangan tetangga untuk menjalin keeratan hubungan sosial.
5. Fungsi Sumber Benih dan Bibit
Pekarangan yang ditamani berbagai jenis tanaman dan untuk memelihara ternak atau ikan mampu menyediakan benih atapun bibit baik berupa biji-bijian, stek, cangkok, okulasi maupun bibit ternak dan benih ikan.
6. Fungsi Pemberi keasrian
Pekarangan yang berisi berbagai jenis tanaman, baik tanaman merambat, tanaman perdu maupun tanaman tinggi dan besar, dapat menciptakan suasana asri dan sejuk.
7. Fungsi Keindahan
Pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman bunga-bungaan dan pagar hidup yang ditata rapi akan memberi keindahan dan keteangan bagi penghuninya.
Selain itu pekarangan desa juga memiliki fungsi hubungan sosial budaya, ekonomi dan biofisika, penjelasannya sebagai
beberapa anggota masyarakat pedesaan yang telah “maju”, terlebih pada masyarakat perkotaan. Yaitu, dengan memenuhi pekarangannya dengan tanaman hias dengan dikelilingi tembok atau pagar besi dengan gaya arsitektur “modern”.
Namun, bagi masyarakat pedesaan yang masih “murni”, justru masih banyak didapati pekarangan yang tidak berikut:
1) Fungsi Hubungan Sosial Budaya
Ditinjau dari segi sosial budaya, dewasa ini nampak ada kecenderungan bawa pekarangan dipandang tidak lebih jauh dari fungsi estetikanya saja. Pandangan seperti ini nampak pada berpagar sama sekali. Kalaupun berpagar, selalu ada bagian yang masih terbuka atau diberi pintu yang mudah dibuka oleh siapapun dengan maksud untuk tetap memberi keleluasaan bagi masyarakat umum untuk keluar masuk pekarangannya.
Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan juga mempunyai fungsi sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung, antar dusun, bahkan antar desa satu dengan yang lainnya.
Jadi, bagi masyarakat desa yang asli, pekarangan bkanlah milik pribadi yang”eksklusif”, melainkan juga mempunai fungsi sosial budaya di mana anggota masyarakat (termasuk anak-anak) dapat bebas mempergunakannya untuk keperluan-keperluan yang bersifat sosial kebudayaan pula.
2) Fungsi Hubungan Ekonomi
Selain fungsi hubungan sosial budaya, pekarangan juga memiliki fungsi hubungan ekonomi yang tidak kecil artinya bagi masyarakat yang hidup di pedesaan.
Dari hasil survey pemanfaatan pekarangan di Desa Mempura, dapat disimpulkan ada beberapa fungsi yang dipunyai pekarangan, yaitu sebagai sumber bahan makanan, sebagai penhasil tanaman perdagangan, sebagai penghasil tanaman rempah-rempah atau obat-obatan, dan juga sumber bebagai macam kayu-kayuan (untuk kayu bakar, bahan bangunan, maupun bahan kerajinan).
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebutlah, maka Danoesastro (1977) sampai pada kesimpulan bahwa bagi masyarakat pedesaan, pekarangan dapat dipandang sebagai “lumbung hidup” yang tiap tahun diperlukan untuk mengatasi paceklik, dan sekaligus juga merupakan “terugval basis” atau pangkalan induk yang sewaktu-waktu dapat dimabil manfaatnya apabila usahatani di sawah atau tegalan mengalami bencana atau kegagalan akibat serangan hama/penyakit, banjir, kekeringan dan bencana alam yang lain.
3) Fungsi Hubungan Biofisika
Pada pandangan pertama, bagi orang “kota” yang baru pertama kali turun masuk desa, akan nampak olehnya sistem pekarangan yang ditanami secara acak-acakan dengan segala macam jenis tanaman dan sering pula menimbukan kesan “menjijikkan” karena adanya kotoran hewan ternak di sana sini. Namun, dalam penelitian menunjukkan, bahwa keadaan serupa itu adalah merupakan manifestasi kemanunggalan manusia dengan lingkungannya sebagaimana yang telah diajarkan nenek moyangnya.
Dalam teori kebatinan Jawa, disebutkan bahwa sesuatu yang ada dan yang hidup pada pokoknya satu dan tunggal. Bahkan, justru pola pengusahaan pekarangan seperti itulah ternyata, yang secara alamiah diakui sebagi persyaratan demi berlangsungnya proses daur ulang (recycling) secara natural (alami) yang paling efektif dan efisien, sehingga pada kehidupan masyarakat desa tidak mengenal zat buangan. Apa yang menjadi zat buangan dari suatu proses, merupakan sumberdaya yang dipergunakan dalam proses berikutnya yang lain. Sebagai contoh, segala macam sampah dan kotoran ternak dikumpulkan menjadi kompos untuk pupuk tanaman. Sisa dapur, sisa-sisa makanan, kotoran manusia dan ternak dibuang ke kolam untuk dimakan ikan. Ikan dan hasil tanaman (daun, bunga, atau buahnya) dimakan manusia, kotoran manusia dan sampah dibuang ke kolam atau untuk kompos, demikian seterusnya tanpa berhenti dan berulang-ulang.
1.3.5. Jenis-Jenis Tanaman Pekarangan di Kecamatan Benteng Hilir
Berdasarkan hasil studi lapangan yang di laksanakan pada tanggal 15 mei 2014 di Kelurahan Mempura Kecamatan Benteng Hilir. Dalam studi lapangan ini kami menggunakan teknik penelusuran desa/ lokasi (transek) yaitu transek berdasarkan lintasaan garis lurus dengan teknik sebagai berikut: berjalan mengikuti garis atau mengikuti jalan utama dan jalan-jalan dipemukiman, di wilayah yang ingin di amati keadaannya (dengan demikian, lintasan yang sebenaranya tentu saja tidak benar-benar berupa ‘garis’ lurus). Kami berjalan sejauh 300 m dan setiap transek panjangnya 100 m. kami mengamati berbagai jenis dan jumlah individu keanekaragaman tumbuhan dan tanaman yang ada di pekarangan tersebut, selain itu kami jaga melakukan wawancara dengan penduduk setempat tentang nama-nama tumbuhan dan manfaatnya.
Transek
|
Nama local
|
Nama ilmiah
|
Frekuensi
|
Habitus
|
I
KANAN
|
Rumput
|
Graminae
|
Banyak
|
Semak
|
Mangga
|
Mengivera indica
|
13
|
Pohon
| |
Manggis
|
Garcinia mangostana
|
1
|
Pohon
| |
Ubi kayu
|
Manihot utilissoma
|
25
|
Perdu
| |
Jambu Air
|
Eugenia aquea
|
8
|
Pohon
| |
Kelapa
|
Coccus nucifera
|
10
|
Pohon
| |
Pinang
|
Areca calechu
|
12
|
Pohon
| |
Jambu biji
|
Psidium guajava
|
7
|
Pohon
| |
Bambu
|
Bambusa sp
|
Banyak
|
Pohon
| |
Bunga Keladi
|
Caladium sp
|
11
|
Semak
| |
Talas
|
Colacasia esculenta
|
5
|
Semak
| |
Pepaya
|
Carica papaya
|
9
|
Perdu
| |
Asoka
|
Ixora coccinea L.
|
3
|
Perdu
| |
Tapak Leman
|
Elephantopus scaber
|
5
|
Perdu
| |
Matoa
|
Pometia pinnata
|
3
|
Pohon
| |
Jeruk Manis
|
Citrus maxima
|
2
|
Pohon
| |
Durian
|
Durio zibethinus
|
3
|
Pohon
| |
I
KIRI
|
Ubi kayu
|
Manihot utilissoma
|
16
|
Perdu
|
Pisang
|
Musa paradisiacal
|
10
|
Pohon
| |
Durian
|
Durio zibethinus
|
8
|
Pohon
| |
Mangga
|
Mengivera indica
|
6
|
Pohon
| |
Kelapa Sawit
|
Elaeis guinensis
|
4
|
Pohon
| |
Lengkuas
|
Languas galanga
|
13
|
Perdu
| |
Pohon Ceri
|
Muntingia calabura L
|
2
|
Pohon
| |
Tebu
|
Saccharum officinale
|
5
|
Perdu
| |
Rumput
|
Graminae
|
Banyak
|
Semak
| |
Pinang
|
Areca calechu
|
7
|
Pohon
| |
Serai
|
Cymbopogon nardus
|
Banyak
|
Semak
| |
Jambu biji
|
Psidium guajava
|
3
|
Pohon
| |
Bunga kana
|
Canna indica
|
1
|
Semak
| |
Keladi tikus
|
Typhonium flagelliforme
|
15
|
Semak
| |
Kunyit
|
Curcuma domestica
|
8
|
Semak
| |
Pepaya
|
Carica papaya L
|
9
|
Perdu
| |
Kembang sepatu
|
Hibiscus rosa-sinensis
|
4
|
Perdu
| |
Bunga mawar
|
Rosa sp
|
3
|
Perdu
| |
Senduduk
|
Melastoma malabathricum
|
2
|
Semak
| |
Bunga tasbih
|
Canna indica linn
|
7
|
Perdu
| |
Terong
|
Solanum melongena L
|
5
|
Semak
| |
Nipah
|
Nypa fruticans
|
Banyak
|
Perdu
| |
Transek
|
Nama local
|
Nama ilmiah
|
Frekuensi
|
Habitus
|
II
KANAN
|
Pisang
|
Musa paradisiacal
|
21
|
Pohon
|
Durian
|
Durio zibethinus
|
11
|
Pohon
| |
Talas
|
Colacasia esculenta
|
5
|
Semak
| |
Mentimun
|
Cucumis sativus L
|
Banyak
|
Semak
| |
Ubi kayu
|
Manihot utilissoma
|
6
|
Perdu
| |
Nangka
|
Artocarpus integra
|
3
|
Pohon
| |
Pepaya
|
Carica papaya
|
5
|
Perdu
| |
Rambutan
|
Nephelium lappaceum
|
6
|
Pohon
| |
Manggis
|
Mengivera indica
|
3
|
Pohon
| |
Mangga
|
Garcinia mangostana
|
5
|
Pohon
| |
Karet
|
Havea braziliensis
|
Banyak
|
Pohon
| |
Duku
|
Lansium domesticum
|
1
|
Pohon
| |
Pinang
|
Areca calechu
|
8
|
Pohon
| |
Terong asam
|
Solanum ferox
|
7
|
Semak
| |
Cabe rawit
|
Capisum frustescens
|
4
|
Perdu
| |
Jagung
|
Zea mays
|
Banyak
|
Perdu
| |
Kembang sepatu
|
Hibiscus rosa-sinensis
|
5
|
Perdu
| |
Bunga Mawar
|
Rosa sp
|
3
|
Perdu
| |
Bunga Kertas
|
Bougainvillea spectabilis
|
4
|
Perdu
| |
Cocor Bebek
|
Kalanchoe pinata pers
|
2
|
Semak
| |
Pulasan
|
Nephelium ramboutan-ake
|
1
|
Pohon
| |
Belimbing wuluh
|
Averrhoa bilimbi
|
1
|
Pohon
| |
II
KIRI
|
Jengkol
|
Archidendrom pauciflorum
|
1
|
Pohon
|
Keladi
|
Caladium sp
|
9
|
Semak
| |
Rumput
|
Graminae
|
Banyak
|
Semak
| |
Mangga
|
Garcinia mangostana
|
8
|
Pohon
| |
Bambu
|
Bambusa sp
|
Banyak
|
Pohon
| |
Kaktus
|
Opuntia sp
|
1
|
Perdu
| |
Nipah
|
Nypa fruticans
|
Banyak
|
Perdu
| |
Sawo
|
Manilkara Zapota
|
4
|
Pohon
| |
Pinang
|
Areca calechu
|
7
|
Pohon
| |
Rambutan
|
Nephelium lappaceum
|
5
|
Pohon
| |
Rambai
|
Baccaurea motleyana
|
1
|
Pohon
| |
Pandan wangi
|
Pandanus amaryllifolius
|
7
|
Semak
| |
Kacang panjang
|
Vigna sinensis
|
5
|
Semak
| |
Daun katu
|
Sauropus androgynus
|
3
|
Perdu
| |
Jarak
|
Ricinus communis
|
2
|
Perdu
| |
Jeruk kasturi
|
Citrus medica
|
1
|
Pohon
| |
Kunyit
|
Curcuma domestica
|
6
|
Semak
|
Transek
|
Nama local
|
Nama ilmiah
|
Frekuensi
|
Habitus
|
III
KANAN
|
Sawo
|
Manilkara Zapota
|
3
|
Pohon
|
Rumput
|
Graminae
|
Banyak
|
Semak
| |
Mangga
|
Garcinia mangostana
|
7
|
Pohon
| |
Pinang
|
Areca calechu
|
9
|
Pohon
| |
Bambu
|
Bambusa sp
|
Banyak
|
Pohon
| |
Jengkol
|
Archidendrom pauciflorum
|
1
|
Pohon
| |
Asoka
|
Ixora coccinea L.
|
4
|
Perdu
| |
Pohon ceri
|
Muntingia calabura L
|
1
|
Pohon
| |
Kelapa
|
Coccus nucifera
|
6
|
Pohon
| |
Kelapa sawit
|
Elaeis guinensis
|
3
|
Pohon
| |
Matoa
|
Pometia pinnata
|
2
|
Pohon
| |
Jambu Biji
|
Psidium guajava
|
3
|
Pohon
| |
Mawar
|
Rosa sp
|
2
|
Perdu
| |
Terong asam
|
Solanum ferox
|
3
|
Semak
| |
Jeruk manis
|
Citrus maxima
|
4
|
Pohon
| |
Tebu
|
Saccharum officinale
|
5
|
Perdu
| |
Pulai
|
Alstonia scholaris L.R.Br.
|
1
|
Pohon
| |
Manggis
|
Garcinia mangostana
|
2
|
Pohon
| |
III
KIRI
|
Kelapa Sawit
|
Elaeis guinensis
|
3
|
Pohon
|
Pisang
|
Musa paradisiacal
|
9
|
Pohon
| |
Nipah
|
Nypa fruticans
|
Banyak
|
Perdu
| |
Rumput
|
Graminae
|
Banyak
|
Semak
| |
Pinang
|
Areca calechu
|
7
|
Pohon
| |
Jambu bol
|
Syzgium malaccense
|
1
|
Pohon
| |
Mangga
|
Garcinia mangostana
|
6
|
Pohon
| |
Ubi Kayu
|
Manihot utilissoma
|
10
|
Perdu
| |
Tebu
|
Saccharum officinale
|
7
|
Perdu
| |
Nanas
|
Ananas comosus
|
2
|
Semak
| |
Jambu Air
|
Eugenia aquea
|
8
|
Pohon
| |
Kelapa
|
Coccus nucifera
|
6
|
Pohon
| |
Rambai
|
Baccaurea motleyana
|
1
|
Pohon
| |
Rotan
|
Daemonorops sp
|
9
|
Semak
| |
Jengkol
|
Archidendrom pauciflorum
|
1
|
Pohon
| |
Tumbuhan Paku
|
Polystichum setiferum
|
6
|
Semak
|
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di pekarangan Kelurahan Mempura, Kecamatan Benteng Hilir terdapat berbagai jenis tanaman diantaranya yaitu:
1) Durian (Durio zibethinus Murr.)
Kegunaan utama adalah diambil daging buahnya. Baik untuk dimakan langsung atau dibuat berbagai macam makanan lain seperti dodol, lempok, tempoyak dan lain-lain. Biji durian dapat dimakn dengan direbus atau dibakar terlebih dahulu. Dapt dibuat keripik. Dalam obat-obat tradisional di sumatra cairan kulit batang diminum untuk menyenbuhkan penyakit malaria. Kayunya bagus untuk bahan bangunan dan alat-alat rumah tangga serta untu kerajinan tangan. Akar durian dimanfaatkan sebagai obat demam, Daun durian digunakan untuk menyembuhkan cantengan atau infeksi pada kuku. Durian juga dapat mengatasi sembelit karena durian banyak mengandung serat serta dapat mengatasi anemia karena durian kaya akan asam folat dan zat besi.
2) Serai (Dymbogon citratus (DC) Stapt.)
Kegunaanya disamping untuk bumbu masak juga digunakan untuk ramuan obat-obatan tradisional. Negara yang banyak mengusahakan tanaman ini untuk keperlaun industri adalah amerika tengah. Minyak atsiri didapat dengan jalan menyuling daunnya untuk diambil minyaknya. Sereh diperbanyak dengan anakannya, tempat tumbuhnya menyenangi daerah yang beriklim panas, cahaya matahari yang cuku serta curah hujan yang cukup. Serai juga bermanfaat untuk mengobati badan pegal, obat batuk, nyeri atau ngilu, khasiat lain untuk sakit kepala, nyeri lambung, diare, detoksifikasi, menurunkan tekanan darah, memperindah kulit, untuk gangguan pencernaan.
3) Lengkuas (Alpinia galanga)
Jenis ini berbatang semu. bersama-sama kunyit dan jahe termasuk suku zingiberaceae.tinggi nya dapat mencapai 3,5 m. Ada dua macam lengkuas, yaitu yang mempunyai daun sempit dan yang berdaun lebar. Dapat pula dibedakan dari warna rimpangnya. Jenis ini berasal dari asia trofika dan kemudian menyebar di india dan indonesia. Akar rimpangnya sering digunakan sebagai bumbu masakan. Lengkuas mengandung minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung methyl cinamate 48%, cineol 2-30%, kamfer, d-pinen, galangin, dan eugenol (yang membuat pedas). Khasiat lengkuas untuk mengobati penyakit kulit, sebagai obat tetes telinga, mengobati rematik, penyakit lain menyembuhkan sakit kepala dan nyeri dada, obat gosok, pelancar kemih, dan obat penguat empedu, rematik dikaki, serta menambah nafsu makan.
4) Rambutan (Nevhelium lappaceum)
Rambutan menghasilkan buah meja yang banyak disukai orang. Tinggi pohonnya dapat mencapai 20 m, mempunyai cabang banyak dan berdaun rimbun, sehingga baik pula digunakan sebgai tanaman peneduh terutama di pekarangan. Rambutan dapat diperbanyak dengan biji atau dengan cangkokan. Bila tumbuh dari biji, buah yang pertama dihasilkan kurang lebih 8 tahun sesudah biji tumbuh. Bila dengan cangkokan, rambutan berbuah sesudah 4 tahun. Tumbuh dengan baik sampai ketinggian 300 m dpl.
5) Jengkol (Archidendron pauciflorum)
Jengkol adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Biji jengkol dapat dimakan segar ataupun diolah menjadi semur, gulai, sambal dan kerupuk jengkol. Tanaman jengkol diperkirakan juga mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang tinggi sehingga bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat.
6) Manggis (Garcinia mangostana L)
Kegunaan utama adalah dimakan daging buahnya. Memiliki banyak sekali manfaat kesehatan mulai dari kulit, daging buah, hingga bijinya. mengandung xanthone, zat antioksidan yang dapat melawan radikal bebas. Beberapa penelitian menunjukkan, senyawa ini memiliki sifat sebagai antidiabetes, antikanker, anti peradangan, antibakteri, antifungi, dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Buah manggis juga mengandung sejumlah mineral seperti tembaga, mangan dan magnesium. Kalium merupakan komponen penting dari sel dan cairan tubuh untuk membantu mengontrol detak jantung, dan tekanan darah. Dengan demikian, buah manggis menawarkan perlindungan terhadap stroke dan penyakit jantung koroner. Masyarakat Filipina biasanya menggunakan hasil rebusan daun manggis dan kulitnya untukmengatasi berbagai gejala penyakit seperti, menurunkan suhu tubuh saat demam, mengatasi diare, sariawan, disentri, hingga gangguan saluran kencing.
7) Kelapa Sawit (Elaeis guinensis)
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, manfaatnya sebagai telapak kaki pecah-pecah, obat bekas luka bakar, menghilangkan bekas jerawat, mengobati jerawat mandel.
8) Pisang (Musa parasidiaca)
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya menghasilkan buah konsumsi. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium. Manfaatnya meningkatkan kesehatan otak, untuk penyakit usus dan perut. Kandungan vitamin C nya berguna sebagai pertahanan inflamasi, bisa menyehatkan usus, bisa Melancarkan peredaran darah, bagi Penderita lever, sebagai sumber tenaga, untuk diabetes, menurunkan berat badan, menyembuhkan luka bakar,mengobati bekas gigitan nyamuk,kandungan Vitamin B6 nya yang cukup tinggi akan membantu mengurangi kadar gula dalam darah yang dapat merusak mood dan membuat nyeri haid.
9) Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Jambu biji mengandung vitamin C hingga sebanyak 2x dari kandungan Vit C pada jeruk manis. Kandungan vitamin C ini paling banyak terdapat pada kulit dan daging buah terutama ketika buah akan matang. Manfaat Jambu Biji yaitu dapat meningkatkan kekebalan tubuh., dengan adanya kandungan pektin,dapat membantu menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol total, dapat mengobati berbagai macam penyakit yaitu untuk memperkuat jantung, antikanker, dan memperlancar sistem pencernaan, untuk mengobati maag dan mengobati disentri.
10) Duku (Lansium domesticum )
Duku (Lansium domesticum) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Jenis ini masih dijumpai tumbuh liar/meliar kembali di wilayah tersebut dan merupakan salah satu buah-buahan budidaya utama . Manfaat duku yaitu sebagian besar buah duku dapt dimakan segar sebagai buah meja, selain itu duku dapat dijadikan beragam sajian lezat dan nikmat, seperti untuk isi puding, campuran fruits cocktail atau sebagai bahan baku selai. Di dalam daging buah duku terkandung suatu zat dietary fiber atau serat yang bermanfaat untuk memperlancar sistem pencernaan, mencegah kanker kolon dan membersihkan tubuh dari radikal bebas penyebab kanker. Kulit buah dan bijinya juga bermanfaat untuk bahan baku obat anti diare dan menurunkan demam. Kulit kayunya juga sering digunakan orang untuk mengobati gigitan serangga berbisa dan obat disentri.
11) Kelapa ( Cocos nucifera)
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna. Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia. Kelapa banyak sekali gunanya. Hampir semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan. Batanggnya digunakan untuk bahan bangunan, daun tuanya digunakan sebagai atap, Tangkai anak daun yang sudah dikeringkan, disebut lidi, pembungkus makanan. Seludung bunga digunakan untuk upet, sejenis pengawet nyala api. Daging buahnya merupakan sumber utama bahan minyak. Selanjutnya minyak yang dihasilkan dari kopra itu diolah menjadi margarine, sabun atau langsung dipergunakan untuk minyak goreng.
12) Pepaya (Carica papaya L.)
Pepaya (Carica papaya L) adalah salah satu tanaman yang merupakan habitat asli hutan tropis, Untuk wilayah indonesia sendiri, tanaman ini menyebar hampir di seluruh wilayah indonesia. Kegunaan yang pertama adalah dimakan buahnya. Terutama yang sudah masak. Buah muda banyak digunakan sebai sayuran dan makanan semacam kue yang sudah di campur dengan gula. Bagian bunga dari tanaman yang menghasilkan bunga jantan dapat dimakan sebagai sayuran. Juga digunakan juga untuk obat. Di kota, dun pepaya digunakan untuk membungkus daging, agar daging menjadi lumar. Bagian akar pepaya yang sudah direbus dapat dijadikan obat malaria, unsur-unsur oksidan membantu mencegah oksidasi kolestrol, serat pepaya mengandung kadar kolestrol dalam darah, penggunaan langsung buah pepaya untuk kulitpun sangat manjur untuk mengobati dan mencegah terjadinya jerawat, kulit keriput dan kulit kering. Di samping itu pepaya juga sumber yang baik dalam program diet.
13) Kembang Asoka (Ixora coccinea L.)
Kembang soka adalah tanaman hias yang banyak ditanam dipedesaan. Dahulu tanaman ini pernah menjadi tanaman hias yang mahal harganya. Hanya rumah-rumah bangsawan , pengusaha dan orang-orang kaya saja waktu itu dihiasi dengan kembang soka. Beberapa manfaat bunga asoka yang lain adalah kulit dari tanaman "Asoka" digunakan sebagai astringent dan penenang rahim (uterine sedative), untuk rahim/uterine terutama untuk menorhagia karena fibroid rahim dan penyebab lain, Kulit pohon "Asoka" berguna juga untuk mengobati wasir/hemoroid hemoragik dan disentri hemoragik, untuk haid tidak teratur, untuk kram betis, dan luka pukul atau memar.
14) Nangka (Artocarpus integra)
Buah bangka sering digunakan orang daalam membuat kolah, dodol, sayuran ataupun bisa dimakan begitu sajaa yang rasanya manis dan menimbulkan aroma yang khas. Biji nangka dapat direbus, sedangkan kayu nangka dpat dijadikan untuk membuat rumah dan peralatan rumah tangga. Daun nangka dapat digunakan sebagai obat kudis, dan mengobati luka.
15) Talas (Cocolasio sculenta)
Talas menghasilkan umbi yang besar dan banyak dikonsumsi orang sebagai penganti nasi. Daun talas berbentuk perisai yang besar dan digunakan sebagai pelindung kepala di saat hujan, karena daun talas mengandung lapisan lilin. Daun talas juga sebagai pakan ikan gurame.
16) Tumbuhan paku (Polystichum setiferum)
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan) adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta, memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Manfaat tumbuhan paku antara lain dipelihara sebagai tanaman hias, penghasil obat-obatan, sebagai sayuran, sebagai bahan pupuk hijau, sebagai salah satu bahan dalam pembuatan karangan bunga.
17) Bunga kertas (Bougenvilia spectabilis)
Bunga kertas merupakan tanaman hias yang sangat populer karena kecantikan warnanya dan cara merawatnya mudah. Selain sebagai tanaman hias, tanaman ini juga bermanfaat untuk dandanan rambut wanita, campuran bunga untuk mandian pewangi, dan sebagai kegunaan di upacara pemakaman bagi kaum cina dan india. Warna bunga ini terdiri dari berbagai macam warna seperti jingga, merah menyala, merah jamu, merah pucat, kuning, ungu, putih, dan berbagai campuran warna.
18) Jambu Air (Syzygium aqueum)
Warna buahnya macam-macam, ada yang putih, hijau, merah muda, dan merah tua. Demikian juga dengan bentuk, ukuran dan rasanya. Buahnya dapat dimakan sebagai buah segar. Dapat pula dibuat asinan, rujak dan manisan, kulit batangnya dapat dijadikan obat sariawan karena banyak mengandung tanin. Daun jambu air dapat digunakan untuk mengobati lepuh dan luka bakar dengan dicampur bahan-bahan lain. Beberapa daerah biasa menggunakan daunnya untuk pembungkus tape ketan.
19) Kaktus (Opuntia sp)
Kaktus merupakan tanaman di tempat kering atau gurun pasir, lalu bagaimana kaktus hidup jika di sekitarnya sangat sedikit air. Ternyata kaktus memiliki akar yang menyebar amat luas dan mampu menyerap air hujan dalam jumlah yang besar dan menyimpannya didalam batang kaktus. Manfaat kaktus bagi masyarakat ternyata sangat beragam yaitu sebagai tanaman hias, untuk souvenir, sebagai tanaman obat, sebagai tanaman makanan, Daging buah kaktus untuk menurunkan gula darah.
20) Sawo (Manilkara achras)
Kegunaan sawo yang paling utama adalah dimakan buahnya. Bauahnya dapat disimpan dalam bentuk sirup. Di Jawa Barat buah yang muda dipakai sebagai pengganti lalap atau dibuat rujak. Tanin yang terdapat dalam buah muda dapat digunakan sebagai obat. Kegunaan utama ialah diambil daging buahnya. Selain buahnya yang lezat disantap, sawo ternyata juga memiliki khasiat untuk mengatasi beberapa penyakit .Buah Sawo atau Saos ternyata baik juga untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Maka tak heran, kini buah sawo makin banyak dijual dengan kemasan jus. Tak hanya itu, sawo ternyata juga bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Buah ini mujarab mengatasi sembelit dan diare. Kandungan serat di dalam sawo juga cukup tinggi sehingga sangat baik untuk mengatasi gangguan pencernaan seperti sembelit dan diare. Gula sederhana di dalam sawo mampu memulihkan energi secara cepat. Sawo juga bisa minimalkan risiko kanker pencernaan, karena buah ini punya kemampuan mengikat karsinogen di dalam saluran pencernaan, menyembuhkan radang mulut, mengeram diare, dan mengobati disentri.
21) Jagung (Zea mays L.)
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.
22) Terong (Solanum melongena)
Terong adalah tumbuhan penghasil buah yang dijadikan sayur-sayuran. Sayuran buah bernama terong ini sangat kaya gizi dan memiliki rasa yang enak jika diolah dengan benar. Termasuk dalam keluarga Solanaceae , terong populer digunakan sebagai bahan masakan dan banyak dijual di pasaran. Jenisnya pun beragam, tak hanya yang berwarna ungu. Tentunya, semakin banyak masakan yang bisa diolah dari terong, sebut saja selai dan dodol. Di Bengkulu, terong bahkan dijadikan makanan khas yang diolah menjadi manisan. Selain itu untuk mengatasi hipertensi, mengatasi hepatitis, mencegah dan mengobati kanker, melancarkan peredaran darah, mengatasi radang usus, menurutkan kadar lemak dalam darah, mengatasi penyakit bronchitis, untuk mengatasi penebalan dinding pembuluh darah, mengatasi diabetes, mengatasi gusi berdarah, mengatasi wasir, mengatasi tangan yang sering kesemutan, rematik dan radang sendi, serta menurunkan kolesterol.
23) Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
Seperti halnya cabai merah, cabai rawit sering digunakan untuk berbagai masakan indonesia. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Cabai memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung, cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas.
24) Pinang (Areca catechu)
Kata Pinang pasti sudah tidak asing lagi. begitu juga buah pinang yang kaya akan manfaatnya dan dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional sejak dulu.Buah itu dihasilkan oleh pohon yang batangnya lurus tinggi semampai. Daunnya yang bersirip agak melengkung membentuk tajuk diujung batang. Manfaat tanaman pinang yaitu mengobati luka kulit, biji pinang muda digunakan kaum wanita untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan, untuk mengobati rabun mata, meningkatkan gairah seks kaum pria., anak penderita cacingan, dan air rebusan biji pinang juga digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, bisul, kudis dan mencret.
25) Pohon ceri (Muntingia calabura L)
Nama ilmiah untuk tanaman ini adalah Muntingia calabura L sedangkan nama daerahnya: Pohon kersen, pohon ceri atau talok. Kandungan buah kersen setiap 100 gram kersen adalah sbb : Air (77,8 gram),Protein (0,384 gram), Lemak (1,56 Gram), Karbohidrat (17,9 gram), Serat (4,6 gram), Abu (1,14 gram), Kalsium (124,6 mg), Fosfor (84mg), Besi (1,18 mg), Karoten (0,019g), Tianin (0,065g), Ribofalin (0,037g), Niacin (0,554 g) dan kandungan Vitamin C (80,5 mg) nilai Energi yang dihasilkan adalah 380KJ/100 gram. Buah ini ternyata sangat bermanfaat untuk keperluan anti uric acid (asam urat). Di Indonesia rupanya, buah Seri telah lama digunakan sebagai obat asam urat dengan cara mengkonsumsi buah sebayak 9 butir 3 kali sehari. Terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari penyakit asam urat tersebut.
26) Rambai (Baccaurea motleyana)
Rasa buah rambai adalah kecut-kecut manis segar, kullitnya lebih tipis daripada langsat dan dagingnya lembek dan kurang diminati sehingga harga pasarnya relatif rendah. Buah rambai ini tidak hanya dapat dinikmati dengan cara dikonsumsi langsung tetapi juga dapat di jadikan berbagai jenis makanan atau minuman seperti dijadikan selai, manisan, dan juga sirup yang terbuat dari buah rambai.
27) Pulasan (Nephelium ramboutan-ake)
Pohon kapulasan atau tenggaring (Nephelium ramboutan-ake) menyerupai pohon rambutan karena masih dalam 1 marga. Tinggi pohon Kapulasan umumnya lebih pendek dari rambutan meskipun mampu mencapai tinggi hingga 20 m. Kapulasan atau tenggaring (Nephelium ramboutan-ake) dimanfaatkan buahnya untuk dimakan langsung. Selain buahnya, kayunya cukup keras oleh masyarakat setempat sering dipakai untuk peralatan rumah tangga. Biji tenggaring mengandung minyak nabati lebih banyak dari pada biji rambutan lantaran itu biji ini dapat diproses untuk menghasilkan minyak yang dapat digunakan dalam proses pembuatan lilin dan sabun.
28) Cocor bebek (Kalanchoe pinata pers)
Cocor bebek populer digunakan sebagai tanaman hias di rumah tetapi banyak pula yang tumbuh liar di kebun-kebun dan pinggir parit yang tanahnya banyak berbatu. Cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal berdaging dan mengandung banyak air. Sebuah situs kesehatan, National Center for Biotechnology Information, menyebutkan bahwa bufadienolides yang terdapat pada sosor bebek bersifat anti tumor. Cocor bebek selain antitumor juga mempunyai sifat antiradang, menghentikan perdarahan, mengurangi pembengkakan, dan mempercepat penyembuhan luka.
29) Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
Pohon ini menghasilkan buah belimbing bulat dan lonjong berukuran 4 - 6 cm. Apabila telah masak, warnanya kan berubah menjadi kekuningan dengan banyak air dan rasa masam. Sedangkan bijinya memiliki bentuk gepeng bulat telur. Dalam hal makanan yang memiliki rasa asam, tentu manfaat belimbing wuluh sangat banyak, antara lain; bahan penyedap masakan, penyegar sirop, pembersih noda pada baju, serta juga dapat digunakan sebagai pembersih tangan yang kotor.
30) Jambu bol (Syzgium malaccense)
Dari segi manfaat, batang pohon jambu bol dapat digunakan sebagai obat sariawan, dengan hanya merebus batangnya dan meminum airnya. Sedangkan air rebusan dari kulit muda batang jambu bol, ditambah sedikit gula agar tidak pekat, dapat dijadikan obat unuk menambah nafsu makan bayi. Buahnya yang ranum dapat dimakan begitu saja tanpa harus diolah, karena buahnya sudah sangat manis dan memiliki tekstur yang lembut.
31) Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme)
Tanaman Keladi Tikus mempunyai antineoplastik/ antikanker selain itu juga dapat berkhasiat sebagai antivirus, efek farmakologi inilah yang digunakan sebagai obat utama untuk mengatasi kanker stadium lanjut. Yang digunakan untuk pengobatan pada tanaman Keladi Tikus adalah keseluruhan dari tanaman tersebut dari akar/ umbi, batang, daun sampai bunga.
32) Bunga tasbih (Canna indica linn)
Bunga Tasbih yang selama hanya dimanfaatkan sebagai tanaman penghijau di pinggir-pinggir jalan saja serta hidup liar di dalam hutan, tetapi sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai obat. Bunga besar dengan warna-warna cerah (merah, kuning) tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan. Buah berupa buah kendaga, biji banyak, bulat. Hampir selalu ditanam sebagai tanaman hias, tapi tumbuh liar di hutan dan daerah pegunungan sampai ketinggian 1.000 dari permukaan laut. Bunga tasbih bisa digunakan sebagai obat penurun panas, tekanan darah tinggi, , metrorrhagia (haid banyak), keputihan, sakit kuning, batuk darah,luka berdarah, jerawat.
33) Mentimun (Cucumis sativus L)
Mentimun merupakan jenis sayur dan salah satu tanaman tertua yang dibudidayakan sejak dahulu. Rasanya yang segar dan sedikit manis menjadikan mentimun sebagai salah satu sayuran yang paling banyak dikonsumsi. Rasanya segar dan juga renyah ketika digigit karena mengandung banyak air. Mentimun adalah buah yang kaya nutrisi. Manfaat mentimun diantaranya sumber cairan tubuh dan vitamin, Mengurangi kolesterol, diabetes dan mengontrol tekanan darah, Perawatan kulit dan rambut, serta Menjaga kesehatan sendi dan nyeri arthritis.
34) Terong asam (Solanum ferox)
Terong terong asam alias asam rimbang (Dayak) dikenali juga sebagai Hairy-fruited eggplant (Inggris) atau Ca bung (Vietnam) atau Ma uk muak (Thailand) atau Tarambulo/tabanburo (Filipina) atau Mao qie (Cina) adalah tanaman dari Kingdom: Plantae, Sub-kingdom : Tracheobionta , Famili: Solanaceae dan Spesies: Solanum ferox L. Di dalam kehidupan masyarakat Dayak atau Kalimantan pada umumnya, pemanfaatan terong asam mudah dijumpai didalam masakan tradisional seperti sayur asam, ikan sungai bumbu kuning dan berfungsi sebagai pemberi citarasa asam.
35) Nipah (Nypa fruticans)
Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok --yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau-- setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok.
36) Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius)
Pandan wangi berkhasiat untuk mengobati rambut rontok, menghilangkan ketombe, dan dipakai untuk menghitamkan rambut. Pandan wangi juga dapat digunakan untuk memperbaiki nafsu makan,serta mengurangi kegelisahan. Rematik dan pegal linu juga dapat dikurangi dengan pandan wangi.
37) Kacang panjang (Vigna sinensis)
Kacang panjang atau vigna sinensis, mudah ditemukan di ladang, di kebun, pekarangan rumah, di sawah atau sebagai selingan tanaman palawija lainnya. Kacang Panjang mengandung betakaroten, klorofil, vitamin B1 dan B2, serat serta pektin. Sayuran ini berguna untuk mengendalikan kadar gula darah, mengatasi hipertensi, memperkecil resiko stroke dan serangan jantung, meningkatkan fungsi organ pencernaan, menurunkan risiko kanker dan membantu mengatasi sembelit. Juga memiliki sifat diuretic (peluruh kencing) tingkat sedang.
38) Daun katu (Sauropus androgynus)
Sejak lama daun katuk dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan manusia. Senyawa fitokimianya seperti tanin, saponin flavonoid, dan alkaloid papaverin berpotensi sebagai bahan obat alami. Berikut ini manfaat daun katuk untuk kesehatan tubuh manusia yaitu melancarkan ASI, kesehatan mata, mencegah osteoporosis, mengatasi hipertensi, vitalitas pria dan mengatasi flu hingga anemia.
39) Rotan (Daemonorops sp)
Pemanfaatan rotan (Daemonorops sp) terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta murah. Kelemahan utama rotan adalah gampang terkena kutu bubuk "Pin Hole".Batang rotan juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Berbagai perguruan pencak silat mengajarkan cara bertarung menggunakan batang rotan. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal tertentu.Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari tangkai bunganya.
40) Nanas (Ananas comosus)
Selain bermanfaat sebagai makanan, buah nanas juga berkhasiat sebagai obat tradisional. Selain itu, kandungan vitamin seperti vitamin C dan mineralnya sangat baik untuk kesehatan. Khasiat buah nanas antara lain mengurangi keluarnya asam lambung yang berlebihan, membantu mencernakan makanan di lambung, antiradang, peluruh kencing (diuretik), membersihkan jaringan kulit yang mati (skin debridement), mengganggu pertumbuhan sel kanker, menghambat penggumpalan trombosit (agregasi platelet), dan mempunyai aktifitas fibrinolitik. Buah muda rasanya asam, berkhasiat memacu enzim pencernaan, antelmintik, diuretik, peluruh haid (emenagog), abortivum, peluruh dahak (mukolitik), dan pencahar.
1.4. Ekosistem Talun
1.4.1. Pengertian Ekosistem Talun
Talun (tegal pekarangan) adalah salah satu sistem agroforestry yang khas, ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman (annual), dimana strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman (Yanto dalam Kusuma, 2013). Widagda dalam Kusuma (2013), mendefinisikan talun sebagai sistem tradisional yang mempunyai aneka fungsi selain fungsi produksi, dimana dalam sistem ini terdapat kombinasi tanaman pertanian semusim dengan pepohonan. Talun umumnya mempunyai batas-batas kepemilikan yang jelas dan ditemukan di sekitar daerah pemukiman.
Soemarwoto dalam Kusuma (2013), menyebutkan bahwa talun merupakan subsistem dengan deversitas tinggi. Talun adalah suatu tata guna lahan, dimana vegetasi yang menutupinya didominasi oleh berbagai jenis tumbuhan/tanaman berumur panjang (perennial) dimana strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman.
Dilihat dari aspek perawakannya, dalam ekosistem talun biasanya ditemukan jenis tanaman budidaya maupun tumbuhan liar, baik yang berupa pohon, semak, maupun terna. Adanya berbagai jenis tumbuhan dari berbagai perawakan yang berbeda tersebut, menyebabkan struktur vegetasi talun memiliki stratifikasi yang mirip dengan ekosistem hutan. Dengan demikian, talun mempunyai peranan ekologis yang cukup penting terutama dalam rangka konservasi tanah, air, dan tumbuhan. Dan sekarang, manfaat yang semula tidak terukur dalam menghasilkan udara bersih dan penyerapan karbon mulai mendapatkan tempat dengan munculnya isu pemanasan global dimana talun seperti layaknya hutan sangat diharapkan untuk secara konkrit dalam mengurangi pemanasan global (Widagda dalam Dwiana dkk, 2013).
Secara garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu talun permanen dan talun tidak permanen (talun-kebun). Pada talun permanen, tidak ditemukan adanya pergiliran tanaman dan pohon-pohonnya rapat dengan kanopi menutupi area, sehingga cahaya yang tembus sedikit dan hanya sedikit tanaman toleran yang ditanam. Pada talun yang pohonnya jarang, cahaya bisa banyak tembus, sehingga tanaman musiman tumbuh dan dapat ditemukan ditemuakan, talun seperti itu disebut juga “Kebun Campuran”. Pada talun tidak permanen, ditemukan adanya pergiliran tanaman, biasanya terdiri dari tiga fase, yaitu kebun, kebun campuran, dan talun (Widagda dalam Kusuma, 2013).
Kebun yang umum dijumpai adalah sistem pekarangan, yang diawali dengan penebangan dan pembakaran hutan atau semak belukar yang kemudian ditanami dengan tanaman semusim selama beberapa tahun (fase kebun). Pada fase ke dua pohon buah-buahan (durian, rambutan, pepaya, pisang) ditanam secara tumpang sari dengan tanaman semusim (fase kebun campuran). Pada fase ketiga beberapa tanaman asal hutan yang bermanfaat dibiarkan tumbuh sehingga terbentuk pola kombinasi tanaman asli setempat misalnya bambu, pepohonan penghasil kayu lainnya dengan pohon buah-buahan (fase talun). Pada fase ini tanaman semusim yang tumbuh di bawahnya amat terbatas karena banyaknya naungan. Fase perpaduan berbagai jenis pohon ini sering disebut dengan fase ‘talun’ (de Foresta et al dalam Hairiah dkk, 2010).
1.4.2. Fungsi Talun
Penampilan kompleks vegetasi talun memungkinkannya mempunyai berbagai fungsi, baik fungsi ekologi maupun fungsi sosial ekonomi. Fungsi ekologi talun antara lain adalah memberikan perlindungan terhadap plasma nutfah, sebagai habitat seperti jenis burung dan serangga penyerbuk, memberi perlindungan terhadap tanah dari bahaya erosi, dan sebagai penghasil seresah dan humus. Sedangkan fungsi sosial ekonominya antara lain adalah memberikan manfaat ekonomi dari hasil produksinya yang dapat dijual atau yang didapat dimanfaatkan secara langsung seperti kayu bakar, bahan bangunan, dan buah-buahan (Abdoellah dan Iskandar dalam Dwiana dkk, 2013).
Menurut Soemarwoto dalam Dwiana dkk, 2013, fungsi talun dapat dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu:
(1) Produksi subsisten
Produksi subsiten merupakan pemanfaatan hasil talun untuk kebutuhan sehari-hari. Buah-buahan, sayuran/lalab, dan obat tradisional merupakan hasil talun yang dapat diambil setiap waktu oleh pemilik, dimana ini merupakan hal penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat desa. Karena keberadaan talun juga mampu memberikan nilai tambah yang cukup tinggi, maka tingkat ketergantungan terhadap sistem tata guna lahan lainnya menjadi lebih rendah.
(2) Produksi komersil
Hasil talun selain mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari penduduk pedesaan, juga mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pemilik lahan, padahal hanya memerlukan biaya yang rendah untuk perawatannya. Hal ini dikarenakan hasil talun seperti bambu, buah-buahan dan tumbuhan lainnya memiliki nilai jual yang tinggi.
(3) Sumber daya nutfah dan konservasi tanah
Keanekaragaman jenis tumbuhan yang sangat tinggi di talun menjadikan talun memiliki fungsi penting sebagai sumber daya nutfah. Selain itu, dengan struktur multi strata dan bermacam-macamnya komposisi spesies, berbagai organisme menggunakan talun sebagai habitatnaya. Terbentuknya strata tajuk yang berlapis-lapis, terakumulasi lapisan seresah pada lantai talun, dan adanya sistem rotasi pada beberapa talun, sangat efektif melindungi tanah dari erosi dan hempasan air hujan sehingga menjaga kesuburan tanah.
(4) Fungsi sosial
Masyarakat dalam memasak sehari-hari biasanya menggunakan kayu bakar. Pengguna kayu bakat menggunakan talun sebagai sumber kayu bakarnya. Adanya kayu bakar yang diperoleh dari talun merupakan indikasi dari adanya fungsi sosial bagi masyarakat sekitar. Begitu pula jika talun dipanen, orang yang membantu akan mendapatkan bagian hasil panen.
1.4.3. Struktur Vegetasi Talun
Menurut Yanto dalam Kusuma (2013), sebagai salah satu komponen agroekosistem, komposisi dan struktur talun serta fungsi tumbuhan yang ditemukan di dalamnya dipengaruhi oleh berbagai faktor biofisik, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Adanya berbagai faktor tersebut dan intensitas pengelolaan lahan oleh pemiliknya memungkinkan struktur vegetasi talun berbeda-beda pada setiap daerah. Struktur multi strata dan bermacam-macamnya komposisi spesies pada talun sangat penting bagi berbagai organisme dalam menggunakan talun tersebut sebagai habitatnya, terutama pada suatu daerah yang cukup jauh dari hutan.
Vegetasi merupakan penutupan massa tumbuhan pada suatu daerah tertentu dengan luasyang bervariasi; dapat berupa sejumlah pohon-pohonan, semak, dan herba yang secara bersama-sama menutupi suatu wilayah yang luas. Dansereau dalam Dwiana (2013) menyatakan struktur vegetasi sebagai suatu organisasi dalam ruang dari individuyang membentuk tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan, dan menyatakan bahwa elemen utama dari struktur adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi, dan penutupan. Sedangkan struktur vegetasi talun dapat diartikan sebagai susunan tanaman yang mengis lahan, baik ke arah horizontal maupun ke arah vertikal. Susunan tanaman ke arah horizontal dapat dikemukakan dalam bentuk susunan jenis tanaman atau jumlah individunya, sedangkan susunan tanaman ke arah vertikal dapat dinyatakan dalam stratifikasi tinggi, klasifikasi diameter batang atau besarnya tajuk tanaman yang mengisi ruang lahan (Karyono dalam Dwiana dkk, 2013).
Menurut Yanto dalam Dwiana dkk (2013), jarak tanaman yang diterapkan sama sekali tidak teratur. Mungkin ada yang diatur, namun karena perawatannya tidak terlalu intensif, sehingga pertumbuhan dan jarak tanam antara tanaman lama dengan tanaman yang baru tumbuh pun tidak teratur. Input atau masukan yang diberikan antara lain pupuk. Tanaman di talun ini juga memerlukan masukan karena sebagian hasil pertaniannya juga untuk dijual. Oleh karenanya, lahan ini juga terkadang dipupuk namun ini pun juga tidak terlalu sering, hanya jika hasil panen kurang maksimal saja. Karena macam vegetasi di sini sangat banyak, dan tidak memerlukan pengolahan tanah secara intensif, sehingga sisa-sisa tanaman yang jatuh, setelah mengalami dekomposisi akan berubah menjadi pupuk organik. Keluaran atau output yang dihasilkan adalah semua hasil pertanian seperti mangga, nangka, durian dan semua yang bernilai jual.
BAB II
KOMPONEN-KOMPONEN EKOSISTEM PEKARANGAN DESA DAN TALUN
2.1 Komponen Abiotik Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun
Komponen Abiotik Ekosistem pekarangan desa dan talun yaitu sebagai berikut:
a. Air.
Tak kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri akan air. Oleh sebab itu, air merupakan salah satu komponen abiotic yang sangat menentukan kelangsungan hidup organisme.Jika kita perhatikan berbagai daerah di skitar kita, maka ada daerah yang kaya akan air, tetapi ada pula yang kering. Perbedaan keadaan tersebut menyebabkan cara adaptasi berbeda-beda. Di dalam agroekosistem, perbedaan keadaan lahan yang berair dengan lahan kering memiliki penanganan yang berbeda dan tentunya berbeda dalam segi varietas tanaman yang ditanam.
b. Tanah.
Tanah merupakan tempat hidup seluruh kehidupan.Sebagian besar penyusun makhluk hidup baik langsung maupun tidak langsung berasal dari tanah.Oleh sebab itu tak mungkin ada kehiduan tanpa adanya tanah. Karena sebagian besar kebutuhan makhluk hidup berasal dari tanah, maka perkembangan suatu ekosistem, khususnya ekosistem darat seperti pertanian dan sebagainya sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanahnya.Tanah yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan kebutuhan organisme, yaitu banyak kandungan unsur hara makro dan mikro-nya, cukup remah, dan mengandung biomass yang berguna bagi tanaman dan tanah itu sendiri khususnya.
c. Udara
Udara atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer bumi.Gas-gas di atmosfer ini disamping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur zat tertentu, seperti oksigen, karbondioksida, nitrogen dan hidrogen.
Di atmosfer, udara juga merupakan komponen utama tanah. Tanah yang cukup pori/rongganya akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik aerasinya akan baik proses mineralisasinya. Dengan demikian komponen udara di atmosfer maupun di tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh pada tanaman.
d. Cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotic yang berfungsi sebagai sumber energi primer bagi ekosistem. Seperti yang kita ketahui, pada aliran energy yang bersumber dari matahari yang kemudian diserap dan digunakan tanaman ataupun tumbuhan dalam proses fotosintesis. Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumen I, dan seterusnya sebagaimana yang kita lihat pada rantai makanan.Penyebaran cahaya matahari ke permukaan bumi tidaklah merata. Oleh sebab itu, organisme mempunyai cara menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.
e. Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu, hal itu karena pada setiap tubuh makhluk hidup akan berlangsung proses kimia yang berkitan erat dengan suhu. Tak terkecuali pada tanaman, yang juga memerlukan suhu optimum untuk metabolisnya. Tinggi rendahnya suhu suatu lingkungan mempengaruhi varietas apa yang cocok untuk di tanam di sana.
Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara teganggu, karena transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air ini terus-menerus tanaman akan rusak. Suhu rendah pada kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas, bunga dan buah.Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman akibat suhu rendah tergantung pada keadaan air, keadaan unsur hara, morfologis dan kondisi fisiologis tanaman. Pada suhu maksimum, jaringan tanaman akan mati. Suhu yang baik untuk tanaman dalah suhu maksimum.
f. Kelembapan
Kelembapan adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara mempunyai pengaruh yang besar terhadap keersediaan air dalam tubuh. Tersedianya air dalam tubuh berperan besar dalam menunjang proses metabolisme. setiap organisme mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang kelembapannya berbeda-beda. Dengan begitu, tingkat kelembapan pada suatu wilayah akan mempengaruhi jenis varietas, OPT, kondisi tanah, dan penanganannya tentunya.
g. Arus angin
Arus angin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perikehidupan tumbuhan.Di samping itu, arus angin juga berpengaruh dalam menjaga kesuburan tanah suatu lingkungan. Pada daerah yang arus anginnya kencang, hanya jenis tumbuhan yang mempunai perakaran kuat dan berbatang liat yang dapat bertahan hidup. Sedangkan tumbuhan yang perakarannya tidak kuat dan batangnya tidak liat, maka akan mudah terangkat atau patah oleh kencangnya angin.
h. Derajat keasaman / pH
Derajat keasaman atau pH pada media memberi pengaruh yang besar terhadap distribusi organisme. Pada lingkungan yang berbeda pH-nya akan berbeda pula organisme yang hidup disana. Hal tersebut karena ada beberapa jenis organisme yang hidup di medium yang netral, da nada juga yang suka hidup di media masam dan ada pula yang menyukai medium yang bersifat basa. Dalam agroekosistem ataupun pertanian, berdasarkan derajat keasamannya memiliki penanganan yang berbeda-beda.Daerah yang memiliki derajat keasaman yang tinggi biasanya adalah daerah gambut.
i. Iklim
Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil interaksi berbagai komponenabiotik lainnya, seperti kelembapan udara, suhu, curah hujan, dan lain-lain. Perbedaan iklim dengan cuaca adalah, cuaca merupakan keadaan atmosfer dalam waktu tertentu dan pada area yang terbatas.Sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam waktu yang lama dan dalam tempat yang luas.
Iklim suatu daerah sangat menentukan jenis tanaman dan hasil produksi pertaniannya. Perubahan iklim yang tiba-tiba, akan membuat petani kewalahan terutama dalam menentukan waktu tanam, atau bahkan bisa berakibat gagal panen. Bukan hanya itu, akibat iklim tertentu juga dapat menyebabkan meledaknya suatu populasi hama, dan berakibat fatal pada tanaman budidaya petani.
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi.Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit tanaman sperti penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi dan hama belalang kembara.
Pada hakikatnya, iklim sangat berpengaruh pada kesuburan ta tanah dan tumbuhan, banyaknya tumbuhan juga berpengaruh pada iklim, namun tanah yang subur tidak berpengaruh pada tumbuhan.
j. Topografi
Topografi adalah altitude dan latitude suatu tempat.Topografi mempunyai pengaruh besar terhadap penyebaran makhluk hidup, yang tampak jelas adalah penyebaran tumbuhannya. Demikian pada pertanian atau agroekosistem, topografi juga sangat menentukan jenis varietas, pengelolaan lahan dan lain-lainnya. Misal pada daerag lereng gunung, pengelolaan lahan biasanya dibuat perundakan pada penanaman padi, atau pada daerah puncak yang biasanya digunakan untuk perkrbunan teh.
k. Garam mineral
Tumbuhan mengambil zat hara dari tanah atau air di lingkungan berupa larutan ion garam-garam mineral. Ada tanaman yang mampu menyerap unsur-unsur tertentu dari tanah tanpa bantuan orgnisme lain. Namun ada juga tumbuhan yang untuk mendapatkan suatu unsur memerlukan oranisme lain. Misal pada tanaman atau tumbuhan polong-polongan yang memerlukan bantuan bakteri rhizobium untuk mmengikat unsur N dari udara.
l. Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jazat pengganggu). Pestisida juga merupakan factor penting dalam fagroekosistem. Penggunaan pestisida dapat embantu petani dalam melindungi tanamannya dari OPT, namun pemakaian pestisida juga ada yang memberi dampak buruk, baik bagi tanaman atau lingkungan sekitar (Arifin, 2013).
2.2 Komponen Biotik Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun
Gambar 5. Contoh Simbiosis Parasitisme
Hartono, Puji. 2012. Karya Tulis Pemanfaatan Tanaman
Cocor Bebek ( Kalanchoe pinata Pers) sebagai Obat Amandel. Available at: http://data-smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-pemanfaatan-tanaman-cocor.html (Diakses pada 23 mei 2014)
Lutfi, Arifin. 2013. Makalah Agroekosistem. Available at: http://lutfiarifin.blogspot.com/2013/03/makalah-agroekosistem.html (Diakses 20 Mei 2014)
Sumaiku,
Yohan 2012. Apa Akibatnya Dari Pembakaran Sampah di Pekarangan Rumah Tangga dan
Pembakaran/Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan. Available at: http://smpn2ykgogreen.wordpress.com/2012/12/24/apa-akibatnya-dari-pembakaran-sampah-di-pekarangan-rumah-tangga-dan-pembakarankebakaran-hutan-terhadap-kesehatan/
(Diakses pada 26 Mei 2014)
Komponen biotik ekosistem pekarangan desa dan talun yaitu sebagai berikut :
a. Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik (organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contoh produsen adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau.
b. Heterotrof / Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c. Pengurai / dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu.
d. Manusia
Di dalam agroekosistem ataupun ekosistem buatan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, manusia sangat berperan penting di dalamnya, mulai dari persiapan awal sampai dengan pasca panen, dan bahkan sebagai konsumen hasil produksi.
e. Biota tanah
Di dalam tanah, berdasarkan berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian secara umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang mrnguntungkan dan yang merugikan. Berdasarkan spesifikasi fungsinya, jasad hayati tanah digolongkan menjadi:
· Jasad fungsional, contohnya bakteri nitromonas dan nitrobacter yang berperan dalam nitrifikasi, bakteri rhizobium alam fiksasi N-bebas, endomikoriza dalam penyediaan dan penyerapan hara P oleh tanaman.
· Jasad nonfungsional, contohnya media dekomposer bahan organik.
f. Hewan ternak
Kehadiran hewan ternak seperti kerbau juga dapat menjadi komponen yang menguntungkan dalam pertanian, terutama dalam tipe persawahan. Kerbau dapat digunakan sebagai alat bantu manusia dalam membajak sawah secara tradisional.
g. Pathogen
Pathogen dapat diartikan sebagai mikroorganisme yang menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman.
h. Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya. Kehadiran gulma pada suatu lahan pertanian menyebabkan berbagai kerugian yakni menurunkan ngka hasil, menurunkan mutu hasil, menjadi inang alternative hama atau patogen, mempersulitpengolahan dan mempertinggi biaya produksi, dapat menumbuhkan zat beracun dari golongan fenol bagi umbuhan lainnya, dan mengurangi debit dan kualitas air.
i. Hama
Ada beberapa hama yang dikenal dalam pertanian yakni Nematoda parasitic tanaman, serangga hama tanaman, tungau, siput, hewan vertebrata, satwa liar dan burung (Arifin, 2013).
2.3 Faktor Edaphis Dan Klimatologis Ekosistem Perkarangan Desa dan Talun
2.3.1 Faktor Edaphis
Edaphis adalah hutan yang terbentuk karena pengaruh tanah. Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut (Wikipedia,2010).
Warna tanah adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Perbedaan warna permukaan tanah dipengaruhi oleh perbedaan bahan kandungan organik, misalnya; Warna gelap, memiliki bahan organik yang tinggi. Warna abu-abu, menunjukkan tanah memiliki sistem drainase buruk (Wikipedia, 2009). Warna tanah pada daerah pengamatan kami di daerah desa mampura hitam atau gelap memiliki bahan organik yang tinggi,sehingga air yang ada di daerah tersebut juga coklat.
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik. Tanah sangat berperan dalam kehidupan makhluk hidup di bumi karena tanah membantu pertumbuhan tumbuhan dengan menyediakan hara,air dan unsur-unsur yang di perlukan tumbuhan untuk tumbuh sekaligus sebagai penopang akar Tanah juga menjadi habitat hidup bagi makhluk mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi tempat untuk hidup dan bergerak. Menurut Faralish (2010), yang termasuk faktor edaphis diantaranya yaitu:
a) Jenis, struktur dan tekstur tanah
Tanah adalah bagian dari ekosistem yang menghasilkan input energi dan matrial dari atas yg berinteraksi dengan pelapukan yang lambat. Hal yang dapat mempengaruhi jenis tanah antara lain bentuk, ukuran dan jumlah partikel yang terkandung. Beberapa tipe tanah yang dapat dihuni oleh organisme antara lain latosol, andosol, podsol, grumusol, regosol, aluvial dan lainya. Sturktur tanah dapat meliputi beremah, beragregat, tidak beragregat, atau lainnya. Sedangkan untuk tekstur dapat berupa pasir, pasir berdebu, tanah berdebu, tanah liat dan lainnya. Lima faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari karakteristik tanah antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
b) Temperatur dan Keasaman Tanah
Temperatur sangat berpengaruh terhadap proses penyerapan nutisi atau zat hara yang terkandung dalam tanah. Semakin tinggi nilai temperatur menunjukkan semakin cepat proses terjadinya reaksi tersebut, selain itu dapat juga bermanfaat dalam kecepatanpenguraian serasah. Sifat kimia tanah meliputi pH tanah dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Mengetahui besaran nilai pH tanah sangat diperlukan untuk dapat mengetahui kualitas dari tanah tersebut. Proses penghitungan pH dapat ditentukan dengan pengambilan sampel yang kemudian sampel tersebut akan disuspensi sehingga dapat diketahui nilai pH nya.
c) Ketebalan serasah dan humus
Bentuk susunan vertikal tanah menunjukkan profil tanah. Dalam bentuk yang ideal, profil tanah tanah terdiri dari suatu seri lapisan horinsontal yang berbeda atau disebut horison. Permukaan atas merupakan serasah yang terdiri dari litter (lapisan yang terdiri dari sisa tanaman dan binatang yang tidak dapat terurai). Lapisan kedua terdapat lapisan humus yang dihasilkan oleh dekomposisi binatang dan tanaman yang mati. Kedua lapisan ini terdiri dari bahan organik, dengan partikel-partikel yang relatif kecil.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.
KRITERIA PENILAIAN KESUBURAN TANAH MENURUT PUSAT PENELITIAN TANAH
(Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993)
Ciri-Ciri Tanah
|
Tingkatan
| |||||||||
Sangat Rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat Tinggi
| ||||||
C-organik (%)
|
< 1,00
|
1,00-2,00
|
2,01 - 3,00
|
3,01 – 5,00
|
> 5,00
| |||||
N-total (%)
a. Mineral
b. Gambut
|
< 0,10
|
0,10-0,20
< 0,80
|
0,21 - 0,50
0,80 – 2,50
|
0,51 – 0,75
> 2,50
|
> 0,75
| |||||
Rasio C/N
|
< 5
|
5 – 10
|
11 – 15
|
16 – 25
|
> 25
| |||||
P2O5 Bray 1 (ppm)
|
< 10
|
10 –15
|
16 – 25
|
26 – 35
|
> 35
| |||||
K (me/100 g)
|
< 0,10
|
0,10-0,20
|
0,30 – 0,50
|
0,60 – 1,00
|
> 1,00
| |||||
Na (me/100 g)
|
< 0,10
|
0,10-0,30
|
0,40 – 0,70
|
0,80 – 1,00
|
> 1,00
| |||||
Mg (me/100 g)
|
< 0,40
|
0,40-1,00
|
1,10 – 2,00
|
2,10 – 8,00
|
> 8,0
| |||||
Ca (me/100 g)
|
< 2
|
2 – 5
|
6 – 10
|
11 – 20
|
> 20
| |||||
KTK (me/100 g)
|
< 5
|
5 – 16
|
17 – 24
|
25 – 40
|
> 40
| |||||
Kejenuhan Basa (%)
|
< 20
|
20 –35
|
36 – 50
|
51 – 70
|
> 70
| |||||
Kadar Abu (%)
|
< 5
|
5 – 10
|
> 10
| |||||||
Sangat Masam
|
Masam
|
Agak Masam
|
Netral
|
Agak Alkalis
|
Alkalis
| |||||
pH (H2O)
a. Mineral
|
< 4,5
|
4,5 – 5,5
|
5,6 – 6,5
|
6,6-7,5
|
7,6 -8,5
|
> 8,5
| ||||
Sangat masam
|
Sedang
|
Tinggi
| ||||||||
pH (H2O)
b. Gambut
|
< 4,0
|
4 – 5
|
> 5
| |||||||
DATA EDAPHIS UNTUK
EKOSISTEM PEKARANGAN DESA DAN TALUN
Kisaran Nilai dan Tingkat Penilaian Analisis Agregat Kimia Tanah Pekarangan Desa dan Talun – Kelurahan Mempura Kecamatan Benteng Hilir Kabupaten Siak Propinsi Riau
Sifat Kimia Tanah
|
Kedalaman Lapisan Contoh (cm)
| |||
0 – 30
|
30 – 60
| |||
Nilai
|
Peringkat
|
Nilai
|
Peringkat
| |
pH (H2O)
|
6,4 – 6,8
|
S
|
6,4 – 6,9
|
S
|
C-organik (%)
|
5,62–5,77
|
S
|
5,58 –5,89
|
S
|
N-total (%)
|
12,78 – 13,45
|
S
|
12,47 – 13,84
|
S
|
P2O5 Bray 1 (ppm)
|
18,2 – 20,8
|
S
|
20,0 – 22,7
|
S
|
Ca (me/100 g)
|
6,01 – 6,41
|
S
|
6,37 – 6,69
|
S
|
Mg (me/100 g)
|
1,12 – 1,24
|
S
|
1,31 – 1,41
|
S
|
K (me/100 g)
|
0,39– 0,41
|
S
|
0,37 – 0,45
|
S
|
Na (me/100 g)
|
0,38 – 0,45
|
S
|
0,37 – 0,45
|
S
|
Total Basa (me/100g)
|
9,12 – 9,18
|
9,03 –9,24
| ||
KTK (me/100 g)
|
21,6 – 22,6
|
S
|
23,6 – 24,7
|
S
|
Kejenuhan Basa (%)
|
37,8 – 41,8
|
S
|
43,9 – 47,7
|
S
|
Kadar Abu (%)
|
8,06 – 8,81
|
S
|
8,66 – 8,77
|
S
|
Kadar Air Lapang (%)
|
78,6-79,6
|
77,6 –67,7
| ||
Kadar Air Tanah (%)
|
79,6-81,9
|
75,7 – 88,7
| ||
Keterangan :
SM = Sangat masam T = Tinggi R = Rendah
ST = Sangat tinggi S = Sedang SR = Sangat rendah
| ||||
Catatan : Diolah dari data analisis agregat tanah oleh Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Riau
2.3.2 Faktor Klimatologis
Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim. Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis-jenis dan sifat-sifat iklim bisa menentukkan jenis-jenis tanaman yang tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis seperti indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian
Pengaruh iklim terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhan sangat nyata, terlebih lagi iklim mikro di suattu tempat yang bergantung kepada keadaan topografi dan kondisi atmosfer karena kondisi atmosfer juga ikut menentukan sifat iklim setempat dan regional (Ganarsih, 2004)
Adanya perbedaan iklim akan menimbulkan variasi dalam formasi hutan (Arief, 1994). Menurut Ganarsih (2004), sebaliknya kondisi vegetasi atau komunitas tumbuhan hutan juga mempengaruhi atau menegndalikan perubahan terhadap unsur-unsur iklim, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi iklim local sangat bergantung kepada kondisi vegetasi yang ada.
Menurut Elfis (2010), komponen abiotik yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari. Komponen abiotik, yaitu semua benda tak hidup misalnya, udara,air, tanah, cahaya, maupun faktor-faktor yang ada disekitar makluk hidup, misalnya suhu, kelembapan angin dan iklim. Ekosistem adalah ekosfir yang dihuni oleh berbagai komunitas biota yang mandiri serta lingkungan abiotik (anorganik) dan sumber-sumber nya. Unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, sinar matahari, kelembapan, angin, dan curah hujan.
a. Suhu dan Sinar Matahari
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhuk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hamper pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi factor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme.
Sumber panas bagi bumi dan planet-planet lainnya dalam sistem tata surya (solar system) adalah energi matahari. Tinggi rendahnya intensitas penyinaran matahari bergantung pada sudut datang sinar matahari, letak lintang, jarak atau lokasi daratan terhadap laut, ketinggian tempat, dan penutupan lahan oleh vegetasi. Intensitas penyinaran matahari di suatu wilayah dengan wilayah lain lainnya berbeda- beda. Hal ini mengakibatkan suhu udara di setiap wilayah berbeda-beda.
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan. Jenis spesies tertentu memiliki persyaratan terhadap suhu lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya. Batas suhu maksimum dan minimum bagi persyaratan tumbuh tanaman dan hewan dinamakan toleransi spesies terhadap suhu.
Bagi tumbuh-tumbuhan, suhu merupakan faktor pengontrol persebarannya sesuai dengan letak lintang dan ketinggian tempat. Oleh karena itu, penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan namanama wilayah lintang bumi, seperti vegetasi hutan hujan tropis dan vegetasi lintang sedang. Wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara yang tidak terlalu dingin atau tidak terlalu panas merupakan habitat yang sangat sesuai bagi kehidupan sebagian besar organisme, baik tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kondisi suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah merupakan salah satu penghalang dalam kehidupan makhluk hidup.
Menurut Ganarsih (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi suhu dipermukaan bumi ialah:
1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun per hari dan per musim
2. Pengaruh daratan atau lautan
3. Pengaruh ketinggian tempat, tentang hal ini BRAAK memberikan rumusan sebagai berikut: bahwa makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka suhu akan semakin rendah.
4. Pengaruh angin secara tidak langsung, misalnya angin yang membawa panas dari sumbernya secara horizontal
5. Pengaruh panas laten (panas yang disimpan dalam atmosfer)
6. Penutup tanah (tanah yang ditutup vegetasi mempunyai temperature yang kurang dari pada tanah tanpa vegetasi
7. Tipe tanah (tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi)
8. Pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan membuat suhu lebih panas daripada yang datangnya miring.
Cahaya adalah unsur terpenting bagi tanaman untuk melakukan fotosintesis. Pada proses ini dapat menghasilkan sumber makanan di ekosistem sehingga ketersediaan cahaya merupakan faktor penting. Cahaya dapat menembus udara dengan sangat mudah, sehingga sebagian tanaman terestrial akan mendapatkan banyak cahaya. Cahaya merupakan gelombang yang membawa energi dari panas matahari, dan intensitas cahaya merupakan aspek terpenting diantara aspek pendukung lainnya (Strandtmann dalam Fara,2010).
Menurut Zaib (2010), Cahaya matahari merupakan faktor abiotik yang terpenting untuk menunjang kehidupan di bumi. Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi tumbuhan yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Cahaya matahari juga memberikan rasa hangat untuk semua makhluk. Dan menurut Dewa (2009), Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:
a. Temperatur matahari yang tinggi.
b. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir.
b. Kelembapan Udara
Kelembaban udara menunjukkan banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Beberapa cara untuk menyatakan jumlah uap air yaitu :
1. Tekanan uap adalah tekanan parsial dari uap air. Dalam fase gas maka uap air di dalam atmosfer seperti gas sempurna (ideal).
2. Kelembaban mutlak yaitu massa air yang terkandung dalam satu satuan volume udara lengas.
3. Nisbah percampuran (mixing ratio) yaitu nisbah massa uap air terhadap massa udara kering.
4. Kelembaban spesifik didefinisikan sebagai massa uap air persatuan massa udara basah.
5. Kelembaban nisbi (RH) ialah perbandingan nisbah percampuran dengan nilai jenuhnya dan dinyatakan dalam %.
6. Suhu virtual.
Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban nisbi yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur–angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar.
Kelembapan berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan (flora). Ada tumbuhan yang sangat sesuai hidup di daerah kering, di daerah lembap, bahkan terdapat pula jenis tumbuhan yang hanya hidup di wilayah-wilayah yang sangat basah. Berdasarkan tingkat kelembapan lingkungannya, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Xerophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan kering atau dengan kondisi kelembapan udara yang sangat rendah, seperti kaktus.
2. Mesophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di lingkungan yang lembap tetapi tidak basah, seperti anggrek dan cendawan.
3. Hygrophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di daerah yang basah, seperti teratai, eceng gondok, dan selada air.
4. Tropophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap daerah yang mengalami perubahan musim hujan dan musim kemarau. Tropophyta merupakan flora khas wilayah iklim musim tropis, seperti pohon jati dan ekaliptus.
c. Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara yang rendah ( Wikipedia, 2012).
Angin merupakan udara yang bergerak. Angin sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dunia tumbuhan. Di daerah terbuka hanya tumbuhan berakar dan berbatang kuat yang dapat bertahan hidup dari embusan angin yang sangat kencang. Dalam proses alami yang terjadi di atmosfer, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang memindahkan uap air dan kelembapan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Dengan adanya angin, curah hujan dapat tersebar di atas permukaan bumi sehingga kelangsungan hidup organisme di berbagai tempat di permukaan bumi dapat terus berlangsung.
Angin sangat membantu proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung. Tumbuh-tumbuhan tertentu penye baran benihnya dilakukan oleh kekuatan angin, seperti spora yang di ter bang kan oleh angin pada tumbuhan paku-pakuan (pteridophyta)
d. Curah Hujan
Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan makhluk hidup. Tanpa adanya air mustahil terdapat berbagai bentuk kehidupan di muka bumi. Bagi lingkungan kehidupan di daratan, sumber air yang utama bagi pemenuhan kebutuhan hidup organisme adalah hujan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air, tumbuhan sangat bergantung pada curah hujan dan kelembapan udara. Intensitas curah hujan di suatu tempat akan membentuk karakter khas bagi formasi-formasi vegetasi di muka bumi. Kekhasan jenis-jenis vegetasi ini dapat menimbulkan adanya fenomena fauna yang khas di lingkungan vegetasi tertentu. Hal ini dikarenakan tumbuh-tumbuhan merupakan produsen yang menyediakan makanan bagi hewan.
DATA KLIMATOLOGIS UNTUK EKOSISTEM
EKOSISTEM PEKARANGAN DESA DAN TALUN
PENGUKURAN IKLIM PERIODE APRIL-DESEMBER 2013
JANUARI –MARET 2014
(Berdasaran rekapitulasi data klimatologis sekunder dari
Stasiun Mini Meteorologi Dinas Pertanian Kabupaten Siak )
A. Rata-rata intensitas radiasi matahari (Watt/m2)
No
|
Bulan
|
Radiasi harian (Watt/m2/menit)
| ||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
| ||
1.
|
April
|
103,9522
|
103,3915
|
103,3522
|
102,0316
|
103,6935
|
103,0290
|
103,0290
|
2.
|
Mei
|
142,0522
|
142,6222
|
142,2296
|
102,2292
|
142,2322
|
142,0220
|
142,0220
|
3.
|
Juni
|
110,2032
|
163,0222
|
110,3122
|
103,2251
|
103,9223
|
102,9321
|
102,9321
|
4.
|
Juli
|
103,9621
|
1036621
|
103,5321
|
132,2226
|
102,2225
|
103,2223
|
103,2223
|
5.
|
Agustus
|
102,9660
|
103,9922
|
103,0150
|
102,1052
|
103,3105
|
103,0222
|
103,0222
|
6.
|
September
|
102,2252
|
102,2322
|
103,6623
|
100,5391
|
103,2222
|
102,6622
|
102,6622
|
7.
|
Oktober
|
102,2662
|
102,9921
|
103,0222
|
102,6225
|
102,9920
|
103,6692
|
103,6692
|
8.
|
November
|
102,6666
|
102,2251
|
103,6692
|
103,9210
|
103,6623
|
103,9635
|
103,9635
|
9.
|
Desember
|
102,9660
|
103,9922
|
103,0150
|
102,1052
|
103,3105
|
103,0222
|
103,0222
|
10.
|
Januari
|
102,2252
|
102,2322
|
103,6623
|
100,5391
|
103,2222
|
102,6622
|
102,6622
|
11.
|
Februari
|
102,2662
|
102,9921
|
103,0222
|
102,6225
|
102,9920
|
103,6692
|
103,6692
|
12.
|
Maret
|
102,6666
|
102,2251
|
103,6692
|
103,9210
|
1036623
|
103,9635
|
103,9635
|
B. Rata-rata suhu udara (oC)
No.
|
Bulan
|
Suhu udara harian (oC)
| ||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
| ||
1.
|
April
|
26,1
|
26,0
|
26,0
|
26,5
|
26,2
|
26,1
|
26,1
|
2.
|
Mei
|
28,1
|
26,1
|
26,5
|
29,1
|
29,1
|
26,2
|
26,2
|
3.
|
Juni
|
26,1
|
26,4
|
29,0
|
28,0
|
28,1
|
29,1
|
29,1
|
4.
|
Juli
|
26,4
|
26,2
|
29,2
|
28,5
|
28,4
|
28,1
|
29,1
|
5.
|
Agustus
|
26,5
|
29,1
|
26,2
|
28,0
|
28,1
|
29,1
|
26,1
|
6.
|
September
|
28,1
|
26,1
|
26,1
|
28,4
|
29,2
|
29,1
|
26,0
|
7.
|
Oktober
|
28,4
|
26,1
|
26,1
|
28,1
|
29,1
|
29,1
|
26,1
|
8.
|
November
|
28,1
|
26,1
|
26,4
|
29,0
|
29,1
|
26,5
|
26,2
|
9.
|
Desember
|
26,5
|
29,1
|
26,2
|
28,0
|
28,1
|
29,1
|
26,1
|
10.
|
Januari
|
28,1
|
26,1
|
26,1
|
28,4
|
29,2
|
29,1
|
26,0
|
11.
|
Februari
|
28,4
|
26,1
|
26,1
|
28,1
|
29,1
|
29,1
|
26,1
|
12.
|
Maret
|
28,1
|
26,1
|
26,4
|
29,0
|
29,1
|
26,5
|
26,2
|
C. Rata-rata kelembaban udara (%)
No.
|
Bulan
|
Kelembaban udara harian (%)
| ||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
| ||
1.
|
April
|
66
|
64
|
64
|
64
|
66
|
65
|
65
|
2.
|
Mei
|
65
|
61
|
64
|
63
|
64
|
64
|
64
|
3.
|
Juni
|
69
|
66
|
65
|
64
|
64
|
65
|
64
|
4.
|
Juli
|
62
|
64
|
65
|
61
|
61
|
64
|
64
|
5.
|
Agustus
|
66
|
64
|
63
|
65
|
66
|
64
|
65
|
6.
|
September
|
63
|
62
|
65
|
65
|
65
|
66
|
64
|
7.
|
Oktober
|
64
|
62
|
65
|
64
|
64
|
66
|
69
|
8.
|
November
|
65
|
64
|
62
|
69
|
66
|
66
|
69
|
9.
|
Desember
|
62
|
64
|
65
|
61
|
61
|
64
|
64
|
10.
|
Januari
|
66
|
64
|
63
|
65
|
66
|
64
|
65
|
11.
|
Februari
|
63
|
62
|
65
|
65
|
65
|
66
|
64
|
12.
|
Maret
|
64
|
62
|
65
|
64
|
64
|
66
|
69
|
2.4 Pola Ketergantungan Komponen Biotik Terhadap Komponen Abiotik pada Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun
Di dalam ekosistem komponen biotik dan abiotik merupakan satu kesatuan dan saling mempengaruhi, artinya keduanya saling ketergantungan. Komponen biotik banyak dipengaruhi oleh komponen abiotik. Tumbuhan sangat bergantung keberadaan dan pertumbuhannya dari tanah, air, udara tempat hidupnya. Jenis tanaman tertentu dapat tumbuh dengan kondisi tanah tertentu. Sebaran tumbuhan juga sangat dipengaruhi oleh cuaca dan iklim (Admin, 2010a). Komponen abiotik juga dipengaruhi oleh komponen biotik. Keberadaan tumbuhan mempengaruhi kondisi tanah, air dan udara disekitarnya. Banyaknya tumbuhan membuat tanah menjadi gembur dan dapat menyimpan air lebih banyak serta membuat udara menjadi sejuk. Organisme lainnya seperti cacing juga mampu menggemburkan tanah, menghancurkan sampah atau serasah daun, dan menjadikan pengudaraan tanah menjadi lebih baik, sehingga semua itu dapat menyuburkan tanah. (Admin, 2010a).
Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat ditandai dari saling ketergantungan antara:
1. Saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
Tumbuhan hijau memerlukan cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Sebagai bahan fotosintesis diperlukan karbon dioksida, air dan garam garam mineral. Sebaliknya tumbuhan melepaskan oksigen ke udara sebagai salah satu hasil fotosintesis. Jadi dalam hal ini berhubungan timbal balik dengan lingkungannya.
2. Saling ketergantungn antara produsen, konsumen dan pengurai
Dalam ekosistem tumbuhan merupakan produasen yang menghasilkan sumber makanan bagi semua makhluk hidup. Semua makhluk hidup merupakan makanan bagi produsen. Sebagai contoh tanaman padi dimakan oleh ulat sebagai konsumen 1, kemudian ulat dimakan oleh burung sebagai konsumen 2, kemudian burung mati akan membusuk dan diuraikan oleh pengurai atau decomposer, dan akan menjadi zat zat yang dibutuhkan tumbuhan untuk berfotosintesis. Dari alur tersebut burung mendapatkan makanan dari tanaman padi. Begitu pula tanaman padi secara tidak langsung mendapatkan makanan dariburung yang mati membusuk tadi.
Gambar 2. Ketergantungan Komponen Biotik dan Abiotiik
BAB III
POLA-POLA INTERAKSI EKOSISTEM PEKARANGAN DESA
DAN TALUN
3.1 Pola Interaksi Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun
Dalam ekosistem terdapat interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya, serta antar mahluk hidup itu sendiri. Jika dalam sebuah ekosistem terdapat dua mahluk hidup yang berbeda jenis, misalnya seekor katak dengan seekor capung, maka yang terjadi adalah capung akan dimangsa oleh katak karena capung merupakan makanan bagi katak. Seperti kita ketahui dalam ekosistem tidak hanya terdapat dua jenis mahluk hidup yang berbeda, tetapi ada berbagai jenis mahluk hidup yang menempati sebuah ekosistem. Dengan demikian tentunya akan terdapat beberapa pola interaksi diantara mereka.
Sebenarnya ada beberapa pola interaksi antar mahluk hidup. Pola interaksi tersebut dapat saling menguntungkan, merugikan satu pihak, menguntungkan satu pihak tetapi pihak lain tidak diuntungkan maupun dirugikan, dua pihak saling memperebutkan satu hal, serta pihak yang satu menghambat pihak yang lain. Adapun pola-pola interaksi tersebut adalah sebagai berikut :
3.1.1 Interaksi antar organisme
Tiap individu makhluk hidup selalu bergantung dan berhubungan dengan individu lain, baik yang masih satu spesies maupun yang berbeda spesies. Interaksi antar organisme dalam ekosistem ini dapat berupa simbiosis. Simbiosis adalah interaksi antara dua individu yang hidup berdampingan. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut dengan simbion. Simbiosis yang terjadi antarorganisme yaitu sebagai berikut :
1. Netralisme
Netralisme, yaitu hubungan yang tidak saling menganggu antar organisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak.
2. Predasi
Predasi merupakan interaksi antara pemangsa (predator) dengan mangsanya (prey). Hubungan antara pemangsa dan hewan yang dimangsanya sangatlah erat, pemangsa tidak akan dapat hidup jika tidak ada mangsa. Selain itu, pemangsa juga berperan sebagai pengontrol populasi mangsa.
3. Simbiosis
Simbiosis merupakan interaksi antara mahluk hidup berbeda jenis dalam satu tempat dan waktu tertentu yang hubungannya sangat erat.
a. Simbiosis mutualisme
Hubungan ini adalah jenis hubungan dimana dua makhluk hidup yang berbeda tersebut saling diuntungkan. Contoh simbiosis mutualisme adalah hubungan bunga dan kupu-kupu. Hubungan antara bunga dan kupu-kupu misalnya, keduanya mendapatkan keuntungan dimana kupu-kupu mendapatkan madu bunga sekaligus membantu bunga dalam melakukan penyerbukan.
Gambar 3. Contoh Simbiosis Mutualisme
b. Simbiosis Komensialisme
Hubungan yang satu ini melibatkan dua mahluk hidup yang berbeda dimana yang satu diuntungkan dan yang lainnya tidak dirugikan. Contoh hubungan ini adalah tanaman anggrek dan pohon tempat ia hidup. Bunga anggrek bisa menempel dan “numpang hidup” di pohon jambu bol misalnya, namun si anggrek mampu membuat makanannya sendiri sehingga ia sama sekali tidak merugikan pohon jambu bol. Bunga anggrek merupakan tanaman epifit, yaitu tumbuhan hijau yang tumbuh menempel pada batang tumbuhan yang tinggi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan cahaya matahari guna proses fotosintesis. Jadi, epifit tidak mengambil makanan dari tumbuhan yang ditumpanginya.
Gambar 4. Contoh Simbiosis Komensalisme
c. Simbiosis parasitisme
Hubungan ini melibatkan dua mahluk hidup berbeda jenis dimana tercipta hubungan yang menguntungkan dan merugikan. Mahluk hidup yang dirugikan disebut inang dan yang mendapat keuntungan disebut dengan parasit. Contoh hubungan ini benalu yang hidup pada tumbuhan lain. Benalu tidak mempunyai akar yang sempurna, sehingga tidak dapat menyerap air dan unsur hara dari tanah dengan baik, sehingga dia hidup menempel pada batang tanaman inang dan akarnya masuk ke pembuluh angkut tanaman untuk menyerap air dan unsur hara dari tanaman inang tersebut sehingga merugikan. Contoh lainnya adalah hubungan simbiosis antara rayap dengan pohon karet.
Gambar 5. Contoh Simbiosis Parasitisme
3.1.2 Interaksi Antar Populasi
Populasi adalah sekelompok individu spesies yang sama yang menempati suatu ruang, dan secara kolektif mempunyai sifat yang khas sebagai suatu kelompok. Sifat kolektif tersebut antara lain adalah kepadatan populasi, natalitas, mortalitas, dan distribusi umur. Populasi pada umumnya ada dalam keseimbangan yang dinamis, yang dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor. Peristiwa terjadinya penyerbukan silang merupakan interaksi antarindividu di dalam populasi. Interaksi pada tumbuhan terlihat tidak begitu jelas, interaksi akan terlihat jelas pada hewan atau manusia. Dalam suatu komunitas, antara populasi yang satu dengan populasi yang lain selalu berlangsung interaksi baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Contoh dari interaksi antar populasi adalah alelopati. Interaksi alelopati terjadi jika satu populasi menghasilkan zat yang dapat menghambat tumbuhnya populasi lain. Contohnya adalah rumput teki yang menghalangi tumbuhnya rumput lain dengan cara menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme, alelopati dikenal dengan istilah anabiosa. Contoh dari anabiosa adalah jamur Penicillium sp. yang menghasilkan antibiotik yang dapat menghalangi pertumbuhan bakteri tertentu.
Dalam interaksi ini antar populasi ini, terjadi juga kompetisi yang disebut dengan interspesifik. Kompetisi interspesifik terjadi jika terdapat kepentingan yang sama antar populasi sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Contoh dari persaingan interspesifik adalah kompetisi antara populasi rusa dengan populasi kuda untuk mendapatkan rumput.
3.1.3 Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berada di suatu tempat yang sama dan saling berinteraksi. Contohnya adalah komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme seperti padi, belalang, ular, tikus dan gulma. Sedangkan komunitas sungai terdiri dari ikan, udang, alga, plankton, dan pengurai. Antara komunitas sawah dan sungai, terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah serta peredaran organisme antar kedua komunitas tersebut.
Selain melibatkan organisme, interaksi antar komunitas juga dapat berupa aliran energi dan makanan, seperti pada daur karbon. Daur karbon terjadi dengan melibatkan dua komunitas yang berbeda misalnya laut dan darat.
3.2 Pola Rantai Makanan, Jaring-Jaring Makanan, Piramida Biomassa dan Piramida Makanan pada Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun
3.2.1 Rantai Makanan
Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui serangakaian peristiwa makan dan di makan. Rantai makanan juga dapat diartikan sebagai urutan perpindahan makanan dari taraf trofi ke taraf trofi lainnya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa rantai makanan adalah kegiatan makan-memakan antara organisme yang di dalamnya terjadi perpindahan materi atau energy. Di dalam suatu ekosistem hanya tumbuhan hijau yang mampu menangkap energi radiasi matahari dan mengubahnya ke dalam bentuk energi kimia dalam tubuh tumbuhan, misalnya karbohidrat, protein, dan lemak.
Energi makanan yang dibuat oleh tumbuhan hijau itu sebagian digunakan untuk dirinya sendiri dan sebagian lagi merupakan sumber daya yang dimanfaatkan herbivora. Herbivora dimangsa oleh karnivora, dan karnivora dimangsa oleh karnivora lainnya, demikian seterusnya terjadilah proses pemindahan energi dan materi dari satu organisme ke organisme lain dan ke lingkungannya. Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa suatu kehidupan dapat menyokong kehidupan lainnya. Dengan kata lain, dari satu organisme ke organisme yang lain akan terbentuk suatu rantai yang disebut dengan rantai makanan. Semakin pendek rantai makanan, maka semakin dekat jarak antara organisme pada permulaan rantai dan organisme pada ujung rantai, sehingga semakin besar energi yang dapat disimpan dalam tubuh organisme di ujung rantai makanan.
Dalam rantai makanan, organisme pada tingkatan trofik rendah memiliki jumlah individu lebih banyak. Makin tinggi tingkat trofik, makin sedikit jumlah individunya dalam ekosistem. Dalam rantai makanan, konsumen pada tingkat trofik tertentu tidak hanya memakan satu jenis organisme yang ada di tingkat trofik bawahnya. Akan tetapi, setiap organisme dapat memakan dua atau lebih organisme lain. Ini menyebabkan terjadinya beberapa rantai makanan di dalam ekosistem saling berhubungan satu sama lain.
Rantai makanan pada ekosistem pekarangan desa di desa Mempura Kecamatan Benteng Hilir adalah sebagai berikut :
Gambar 6. Rantai Makanan Ekosistem Perkarangan Desa (Arsip 6C, 2014)
Gambar 7. Rantai Makanan Ekosistem Perkarangan Desa (Arsip 6C, 2014)
Gambar 8. Rantai Makanan Ekosistem Perairan (Arsip 6C, 2014)
3.2.2 Jaring Makanan
Jaring-jaring makanan adalah gabungan dari rantai-rantai makanan yang berhubungan dikombinasikan atau digabung, yang tumpang tindih dalam ekosistem. Semua rantai makanan dalam suatu ekosistem tidak berdiri sindiri, melainkan saling berkaitan antar rantai makanan. Dengan kata lain, jika tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk jaring makanan. Jaring makanan dalam suatu ekosistem dapat mengambarkan kestabilan ekosistem tersebut.
Makin banyak rantai makanan dan makin besar kemungkinan terbentuknya gabungan dalam jaring makanan, akan menunjukkan kestabilan ekosistem makin tinggi. Oleh karena itu, untuk menjaga kestabilan ekosistem, didalam setiap kegiatan pengelolaan sumber daya alam tidak diperkenankan memutuskan rantai makanan yang ada, apalagi menghilangkan satu atau lebih rantai makanan yang ada dalam ekosistem.
Gambar 9. Jaring-Jaring Makanan Ekosistem Pekarangan Desa
3.2.3 Tingkat Trofik
Dalam ekosistem alam dikenal adanya tingkat trofik suatu tingkat organisme. Menurut Heddy dkk. dalam Indriyanto (2008), tingkat trofik menunjukkan urutan organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu, berbagai organisme yang memperoleh sumber makanan melalui langkah yang sama dianggap termasuk kedalam tingkat trofik yang sama (Resosoedarmo dkk. dan Odum dalam Indriyanto, 2008).
Menurut odum dalam Indriyanto (2008) Berdasarkan atas pemahaman tingkat trofik, maka organisme dalam ekosistem dikelompokkan sebagai berikut.
a. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme berstatus sebagai produsen. Semua jenis tumbuhan hijau membentuk tingkat trofik pertama.
b. Tingkat trofik kedua, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai herbivora. Semua herbivora (konsumen primer) membentuk tingkat trofik kedua.
c. Tingkat trofik ketiga, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai karnivora kecil (konsumen sekunder).
d. Tingkat trofik keempat, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai karnivora basar (karnivora tingkat tinggi).
e. Tingkat trofik kelima, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai perombak (dekomposer dan transformer) atau semua mikroorganisme.
3.2.4 Struktur Trofik dan Piramida Ekologi
Hubungan organisme pada tingkat trofik ekosistem digambarkan dalam bentuk piramida. Semakin ke atas bentuk piramida semakin mengecil. Inilah yang disebut dengan piramida ekologi. Piramida ekologi adalah piramida abstrak yang menunjukkan hubungan struktur trofik dan fungsi trofik komponen-komponen biotis ekosistem. Amati gambar piramida ekologi di bawah ini.
Gambar 10. Piramida Ekologi
Di dalam piramida ekologi produsen (tingkat trofik I) selalu berada di bagian dasar piramida. Konsumen primer (tingkat trofik II) berada tepat di atas produsen dan konsumen sekunder (tingkat trofik III) berada di bagian atas konsumen primer. Kalian bisa amati bahwa semakin tinggi tingkat trofik suatu organisme semakin sedikit proporsinya di lingkungan.
Tipe-Tipe Piramida Ekologi
Piramida ekologi berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi. Masing-masing tipe memiliki kelemahan dan kelebihan dalam menggambarkan hubungan antara struktur dan fungsi trofiknya.
1. Piramida Jumlah
Tipe ini menunjukkan jumlah relatif organisme pada suatu area dengan melihat hubungan antara predator dan mangsanya. Pelopor teori ini adalah Charles Elton (ahli ekologi inggris) pada abad ke 20. Jumlah organisme dihitung dalam satuan luas area tertentu. Di dalam piramida jumlah semakin tinggi tingkat trofik organisme semakin sedikit jumlahnya di lingkungan.
Gambar 11. Piramida Jumlah
Produsen memiliki jumlah paling banyak di lingkungan. Produsen berada di tingkat paling bawah. Jumlah produsen lebih banyak dari konsumen primer. Konsumen primer ditempatkan di atas produsen. Dan konsumen sekunder ditempatkan di atas konsumen primer karena jumlah konsumen primer lebih banyak dari konsumen skunder.
Piramida jumlah memiliki kelemahan dan kelebihan dalam penyusunannya. Adapun kelemahan dan kelebihan piramida jumlah adalah sebagai berikut.
Kelebihan :
Kelebihannya adalah data pembuatan piramida jumlah individu relatif mudah dikumpulkan. Penyusunan piramida jumlah menjadi lebih cepat selesai.
Kelemahan :
Piramida tipe ini disusun berdasarkan jumlah organismenya tanpa memperhatikan ukuran tubuhnya. Pada area tertentu terutama di wilayah teresterial (darat) seringkali bentuk piramida tipe ini menjadi aneh. Contoh kasus, jumlah produsen pada suatu area tercatat hanya 2 buah pohon besar. Jumlah pohon tersebut memang sedikit tetapi peran pohon sebagai produsen memenuhi kebutuhaan rantai makanan di lokasi tersebut. Jumlah pohon yang lebih sedikit dari konsumen membuat bagian dasar piramida mengecil. Perhatikan gambar PE.3 berikut ini.
Gambar 12. Kelemahan Bentuk Piramida Jumlah
2. Piramida Biomassa
Biomassa adalah taksiran massa organisme (biomassa) yang mewakili tiap tingkat trofik pada waktu tertentu. Massa kering tiap individu dalam suatu ekosistem ditimbang dan dicatat. Ukuran yang digunakan biasanya menggunakan gram (massa kering organisme) per satuan luas (gr/m2 atau kg/ha). Piramida biomassa dibuat berdasarkan massa total populasi organisme pada suatu waktu. Cara ini dianggap lebih baik dalam menggambarkan hubungan tingkat trofik komponen biotis daripada piramida jumlah.
Gambar 13. Piramida Biomassa
Produsen ditempatkan di dasar piramida karena total massa produsen paling besar diantara komponen biotis lainnya. Total massa konsumen primer lebih besar dari konsumen sekunder sehingga konsumen primer ditempatkan di atas produsen. Konsumen puncak berada di puncak piramida karena total massa keringnya paling kecil diantara komponen biotis lain.
Piramida biomassa juga memiliki kelemahan dan kelebihan dalam penyusunannya. Adapun kelemahan dan kelebihan piramida biomassa adalah sebagai berikut.
Kelebihan :
Mampu menunjukkan hubungan kuantitatif massa organisme (biomassa) dalam suatu ekosistem. Hubungan ini tidak bisa diamati ketika menggunakan piramida jumlah.
Kelemahan :
Piramida tipe ini disusun dengan memperhatikan ukuran tubuh organisme. Pada area akuatis (perairan) bentuk piramida biomassa menjadi terbalik. Produsen di area akuatis didominasi oleh kelompok alga dan fitoplankton. Jumlah produsen ekosistem akuatis memang berlimpah tetapi total biomassanya tidak mampu melebihi total biomassa konsumen I yang terdiri dari kelompok ikan-ikan kecil dan udang-udangan. Biomassa konsumen II yang terdiri dai ikan-ikan besar juga melebihi konsumen I. Kondisi ini bila digambarkan akan membentuk piramida yang terbalik. Perhatikan gambar PE.5 berikut ini.
Gambar 14. Kelemahan Bentuk Piramida Biomassa
3. Piramida Energi
Piramida energi adalah piramida ekologi yang disusun dalam satuan kalori untuk menggambarkan distribusi energi pada setiap tingkatan trofik dalam rantai makanan. Piramida energi menggunakan faktor waktu untuk menggambarkan banyaknya organisme yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Total energi yang dikandung oleh produsen lebih besar dari konsumen. Sementara itu secara berantai total energi yang terdapat pada konsumen tingkat bawah lebih besar dari konsumen yang berada pada tingkat trofik atasnya.
Pada piramida energi penurunan sejumlah energi tiap-tiap tingkatan trofik juga dicatat. Kalian tentu masih ingat bahasan transfer energi. Ada sejumlah kecil energi (10%) yang dialirkan ke tingkat trofik berikutnya dan ada sejumlah besar energi (90%) yang dilepas ke lingkungan. Baca kembali penjelasannya dalam bahasan aliran energi. Secara umum konsumen hanya mampu memanfaatkan 10% energi yang diperoleh dari organisme yang berada pada tingkat trofik di bawahnya. Karena sebagian besar energi terbuang sebagai panas. Perhatikan gambar piramida energi pada gambar PE.6 di bawah ini.
Gambar 15. Piramida Energi
Piramida energi juga memiliki kelemahan dan kelebihan dalam penyusunannya. Adapun kelemahan dan kelebihan piramida energi adalah sebagai berikut.
Kelebihan :
Piramida energi adalah piramida ekologi yang paling ideal diantara jenis piramida ekologi yang lain. Piramida tipe ini mampu memberi gambaran menyeluruh mengenai sifat-sifat fungsional komunitas yang terjadi pada komponen biotik suatu ekosistem. Piramida energi juga menunjukkan kecepatan arus makanan melalui rantai makanan. Bentuk piramida energi tidak dipengaruhi oleh ukuran suatu organisme dan kecepatan metabolisme individu.
Kelemahan :
Tiap organisme yang ditetapkan hanya diperuntukkan untuk satu tingkat trofik. Padahal untuk beberapa organisme, tingkat trofik dapat bervariasi sesuai dengan apa yang dimakannya.
3.3 Aliran Energi dan Siklus Materi pada Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun
3.3.1 Aliran Energi Dalam Ekosistem
Aliran Energi dalam Ekosistem adalah proses berpindahnya energi dari suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya yang dapat digambarkan dengan rantai makanan atau dengan piramida biomasa. Ekosistem mempertahankan diri dengan siklus energi dan nutrisi yang diperoleh dari sumber eksternal. Pada tingkat trofik pertama, produsen primer (tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri) menggunakan energi matahari untuk menghasilkan bahan tanaman organik melalui fotosintesis. Hewan Herbivora yang makan hanya pada tanaman membuat tingkat trofik kedua. Predator yang memakan herbivora terdiri dari tingkat trofik ketiga, jika predator yang lebih besar hadir, mereka mewakili tingkat trofik lebih tinggi lagi. Dekomposer, yang meliputi bakteri, jamur, jamur, cacing, dan serangga, memecah limbah dan organisme mati dan kembali nutrisi ke dalam tanah.
Gambar 16. Aliran Energi
Rendahnya transfer energi antara tingkat trofik membuat pengurai umumnya lebih penting daripada produsen dalam hal aliran energi. Dekomposer memproses sejumlah besar bahan organik dan kembali nutrisi ke ekosistem dalam bentuk anorganik, yang kemudian diambil lagi oleh produsen primer. Energi tidak didaur ulang selama proses dekomposisi, melainkan dilepaskan, sebagian besar sebagai panas (ini adalah apa yang membuat tumpukan kompos dan segar kebun mulsa hangat).
Dikenal adanya dua hukum termodinamika, yaitu 1) bahwa energi dapat berubah bentuk, tidak dapat dimusnahkan serta diciptakan, dan2) bahwa tidak ada perubahan bentuk energi yang efisien.Aliran energi di alam atau ekosistem tunduk kepada hukum-hukum termodinamika tersebut.Dengan proses fotosintesis energi cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan, dan diubah menjadi energi kimia atau makanan yang disimpan di dalam tubuh tumbuhan. Proses aliran energi berlangsung dengan adanya proses rantai makanan. Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora.
3.3.2 Siklus Materi
Tubuh kita, hewan, tumbuhan, dan batu, tersusun oleh materi. Materi ini terdiri atas unsur kimia, seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan fosfor (P). Materi tersebut dimanfaatkan oleh produsen untuk membentuk bahan organik dengan bantuan matahari atau energi yang berasal dari reaksi kimia. Bahan organik yang dihasilkan adalah sumber energi bagi organisme lain melalui proses makan dan dimakan. Materi mengalir dari mata rantai makanan yang satu ke mata rantai yang lain. Jika makhluk hidup mati, tidak berarti aliran materi terhenti, tetapi makhluk yang mati menjadi makanan bagi makhluk hidup yang lain, misalnya bangkai hewan atau tumbuhan dimakan oleh jasad renik, seperti bakteri dan jamur dalam proses pembusukan. Sebagian hasil pembusukan tersebut adalah gas, misalnya CO2, cairan, dan mineral. Gas dan mineral tersebut kemudian digunakan lagi oleh tumbuhan dalam proses sintesis. Tumbuhan dimakan oleh herbivora, maka proses makan dan dimakan berulang. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa aliran materi merupakan suatu daur (Gambar 9.8 Pengertian, Unsur-unsur Siklus Materi dan Aliran Energi).
Gambar 17. Siklus materi, aliran energi
Materi tidak ada habis-habisnya, materi mengalir dari tubuh makhluk hidup yang satu ke tubuh makhluk yang lain dan dari dunia hidup ke dunia tak hidup, serta kembali lagi ke dunia hidup. Daur materi di atas disebut daur biogeokimia, yaitu daur yang melibatkan proses biologi, geologi, dan kimia. Mata rantai makhluk hidup dalam daur biogeokimia merupakan jaring-jaring kehidupan. Aliran materi merupakan suatu daur, sedangkan aliran energi bukan suatu daur, melainkan aliran yang searah. Setelah melewati beberapa transformasi yang menjaga semua makhluk hidup tetap hidup, energi tersebut kembali ke angkasa luar sebagai panas. Dengan demikian, tidak ada daur energi. Berikut ini, kita akan membahas daur beberapa unsur yang penting saja, yaitu daur air, daur nitrogen, daur karbon, daur fosfor, dan daur sulfur.
a. Daur Air
Meskipun hanya sebagian kecil air di bumi yang terdapat pada materi hidup, air sangat penting bagi makhluk hidup. Siklus air atau daur air digerakkan oleh energi matahari dan sebagian besar terjadi di antara lautan dan atmosfer melalui penguapan dan curah hujan.
Gambar 18. Daur air
b. Daur Nitrogen
Di alam, nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik, seperti urea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik, seperti amonia, nitrit, dan nitrat. Tumbuhan dan hewan membutuhkan nitrogen untuk membuat protein. Udara (atmosfer) terdiri atas berbagai gas, dan gas nitrogen terdapat kurang lebih sebanyak 80%. Namun, nitrogen tidak digunakan oleh makhluk hidup dalam bentuk gas. Tumbuhan dapat menyerap nitrogen dalam bentuk senyawa nitrit atau nitrat.
Gambar 19. Daur Nitrogen
Tahap pertama daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfer ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azetobacter dan Clostridium. Selain itu, ganggang hijau-biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen. Tahap kedua, nitrat yang dihasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, makhluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam amonium yang larut alam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa amonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter, kedua proses tersebut dinamakan nitrifikasi. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.
Gambar 20. Proses fiksasi dalam urutan besarnya
c. Daur Karbon dan Oksigen
Reservoir utama karbon adalah dalam bentuk karbon dioksida yang terdapat di atmosfer. Bumi juga memiliki karbon organik dalam bentuk batu bara, minyak bumi, tumbuhan, dan binatang. Selain itu, terdapat sejumlah kecil karbon yang masuk ke dalam tanah dalam bentuk gula, asam amino, dan senyawa lain yang disekresikan langsung oleh akar tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan dan berbagai jenis bakteri mampu menyintesis senyawa organik dari CO2 atmosfer. CO2 dan air yang diserap oleh tumbuhan kemudian diubah menjadi glukosa dalam proses fotosintesis. Dari proses ini dihasilkan gas oksigen. Lihat bagan berikut:
Glukosa kemudian diubah menjadi bentuk lain, seperti protein, lemak, dan amilum. Selanjutnya tumbuhan dimakan oleh hewan. Tumbuhan dan hewan melakukan respirasi, demikian juga jika hewan dan tumbuhan mati, mereka diuraikan oleh mikroorganisme dengan bantuan oksigen. Hasilnya, CO2 dilepaskan kembali ke atmosfer. Berikut adalah reaksi umum respirasi.
Mengapa sampah berbau busuk? Hal ini terjadi karena pada proses penguraian sampah tersebut kekurangan oksigen, sehingga tidak semua senyawa organik diubah menjadi CO2 dan energi, tetapi menjadi gas sampingan, seperti NH3 atau H2 S (Gambar 9.10).
Gambar 21. Mikroorganisme heterotrofik pembusuk menghasilkan CO2 melalui respirasi molekul organik yang terdapat pada tubuh tumbuhan dan tubuh hewan serta sekskreta hewan yang telah mati.
d. Daur Sulfur
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini sering kali bersifat mematikan makhluk hidup di perairan, pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati. Ion sulfat kemudian diserap tumbuhan dan diubah menjadi protein. Jika jaringan tumbuhan atau binatang mati akan mengalami proses penguraian. Beberapa jenis bakteri dapat mengoksidasi hidrogen sulfida menjadi sulfat kembali. Besi (Fe) dalam sedimen bereaksi dengan sulfida membentuk ferosulfida (FeS) yang mengendap.
Gambar 22. Daur sulfur. Pembakaran bahan bakar fosil dan pencairan biji yang mengandung sulfur sangat banyak menambah pemasukan senyawa gas sulfur alam ke dalam atmosfer.
e. Daur Fosfor
Fungsi fosfor bagi makhluk hidup, antara lain fosfor dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) merupakan bahan bakar (energi) bagi makhluk hidup. Cadangan fosfat yang dapat larut, dapat digunakan langsung sebagai zat hara primer dalam sintesis protein oleh tumbuhan. Melalui rantai makanan, fosfat dapat beralih ke tingkat tropik yang lebih tinggi. Jika organisme mati, fosfor dikembalikan ke tanah melalui proses penguraian. Kelebihan fosfat yang diekskresikan burung dan ikan dalam tinjanya juga mengembalikan fosfor ke lingkungan. Guano (deposit kotoran burung) juga merupakan akumulasi fosfor yang dikembalikan ke daratan.
Gambar 23. Daur fosfor. Fosfor biasanya merupakan nutrien pembatas bagi organisme yang hidup dalam air tawar. Banyak fosfor yang sampai ke lautan hilang untuk periode yang lama bagi organisme daratan.
Salah satu mata rantai siklus biogeokimia tersebut adalah terjadinya sebuah penguraian (yang dilakukan oleh mirkoorganisme). Penguraian senyawa organik tersebut umumnya membutuhkan oksigen. Penambahan jumlah sampah akan membutuhkan oksigen yang lebih banyak juga. Jika kandungan oksigen terbatas, penguraian sampah menjadi tidak sempurna, akibatnya tidak semua senyawa organik diubah menjadi CO2, tetapi sebagian energi masih tersimpan dalam bentuk senyawa sampingan seperti NH3 dan H2S. Adanya senyawa-senyawa tersebut menyebabkan sampah berbau busuk.
Penguraian yang tidak sempurna ini bisa terjadi baik di darat maupun di air. Sampah organik yang melimpah di perairan akan mengganggu siklus biogeokimia di perairan tersebut. Danau, sungai atau kolam akan mengalami eutrofikasi, suatu keadaan ketika nutrien melimpah sehingga alga tumbuh dengan subur. Alga yang memadati permukaan air menyebabkan cahaya matahari tidak sampai di bagian bawah sehingga alga di lapisan bawah menjadi mati. Matinya alga, yang juga diikuti dengan matinya organisme lain menyebabkan terjadinya pembusukan.
BAB IV
PERUBAHAN EKOSISTEM PEKARANGAN DESA
DAN TALUN
4.1 Keseimbangan dalam Ekosistem
Dalam suatu ekosistem yang masih alami dan belum terganggu akan didapati adanya keseimbangan antara komponen-komponen penyusun ekosistem tersebut keadaan ini disebut homeostatis, yaitu kemampuan ekosistem untuk dapat menahan berbagai perubahan alam dalam sistem secara menyeluruh. Ekosistem yang dikatakan seimbang adalah apabila semua komponen baik biotik maupun abiotik berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun peranannya dalam lingkungan. Dalam ekosistem terjadi peristiwa makan memakan yang kita sebut dengan istilah rantai makanan. Idealnya dalam sebuah rantai makanan jumlah masing-masing anggotanya harus sesuai dengan aturan ekosistem (Anonim, 2012).
Menurut Mastugino (2012). dalam suatu ekosistem harus ada keseimbangan antara produsen dan konsumen. Kehidupan dapat tetap berlangsung jika jumlah produsen lebih besar dari konsumen tingkat I. Konsumen tingkat I lebih banyak dari konsumen tingkat II dan seterusnya. Ketidakseimbangan ekosistem terjadi apabila semua komponen biotik maupun abiotik tidak berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun perananya dalam lingkungan. Sehingga dapat dikatakan tidak seimbang jika salah satu komponen pada ekosistem tersebut rusak.
Selanjutnya Anonim (2013), menyebutkan bahwa secara umum, penyebab terganggunya keseimbangan ekosistem atau lingkungan dibagi ke dalam dua garis besar, yakni:
1. Faktor penyebab yang terjadi sebagai akibat bencana alam. Misalnya saja terjadinya banjir, terjadinya gempa bumi, gunung yang meletus, bencana tsunami, dan masih banyak lagi lainnya. Bencana yang terjadi secara alamiah ini akan memicu kacaunya keseimbangan ekosistem yang berdampak pada kacaunya interaksi komponen-komponen di dalam ekosistem tersebut.
2. Faktor penyebab yang terjadi akibat ulah manunsia. Tindakan yang dilakukan oleh anusia bisa memicu terganggunya keseimbangan di dalam lingkungan ekosistem. Tindakan yang dilakukan manusia ini bisa memicu terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, perubahan iklim yang ekstrim dan masih banyak lagi lainnya.
4.2 Gangguan pada Ekosistem Pekarangan Desa
Salah satu contoh gangguan ekosistem akibat ulah manusia yaitu pencemaran udara. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Desa Mempura, diketahui bahwa masyarakat desa memiliki kecenderungan membakar secara langsung sampah rumah tangga yang dihasilkan. Menurut Lutfi (2013). pembakaran sampah merupakan kegiatan yang dideteksi mempunyai peranan besar dalam pencemaran udara. Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan dalam menambah jumlah zat pencemar di udara terutama debu dan hidrokarbon.
Lutfi (2013), mengatakan bahwa hal penting yang perlu diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah adalah emisi particulat akibat proses pembakaran, sedangkan emisi dari proses dekomposisi yang perlu diperhatikan adalah emisi HC dalam bentuk gas methane. Zat atau gas polutan ini, tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya langsung terhadap manusia. Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan, pemicu kanker (karsinogenik).
Dari hasil penelititan yang intensif dalam beberapa tahun terakhir ini dikatakan bahwa pembakaran sampah rumah tangga pada kondisi pembakaran dan suhu yang rendah dapat menimbulkan gas racun dioksin dan furan, demikian dikatakan oleh Paul Lemieux, Ph.D., salah seorang peneliti dari National Risk Management Research Laboratory, US-EPA Disamping dioksin dan furan, pembakaran sampah didalam udara terbuka juga menimbulkan kabut asap yang tebal yang mengandung bahan bahan lainnya seperti partikel debu yang kecil kecil yang biasa disebut Particulate Matter (PM) serta bahan bahan racun lainnya. Particulate Matter ini bisa berukuran 10 mikron, biasa disebut PM10. Alat pernapasan manusia tidak sanggup menyaring PM10 ini, sehingga bisa masuk kedalam paru paru dan mengakibatkan sakit gangguan pernapasan (Sumaiku, 2012).
Namun demikian, pada Desa Mempura terdapat ekosistem yang masih terjaga. Hal ini ditandai dengan banyaknya tumbuhan maupun tanaman beserta interaksinya dengan makhluk hidup lain. Perlu diketahui bahwa tumbuhan, memiliki kemampuan untuk menyerap partikel/gas beracun yang ada di udara akibat polusi atau pencemaran. Sejalan dengan ini, Rusdiyanto (2004) menyebutkan bahwa berbagai jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk menyerap gas beracun seperti CO2 melalui proses fotosintesis. Berdasarkan pernyataan tersebut, dengan adanya variasi jumlah beserta jenis tanaman yang terdapat pada ekosistem pekarangan desa dan talun pada Desa Mempura, diharapkan dapat berperan mengurangi dampak dari polusi udara pada desa tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Ekosistem pekarangan adalah hubungan antara beberapa populasi baik itu binatang dan tumbuhan serta mahluk hidup lainnya yang hidup dalam suatu kawasan pekarangan serta membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keseimbangan yang dinamis yang mengadakan interaksi baik secara langsung maupun tak langsung dengan lingkungannya dan antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Evolusi pekarangan berkembang melukiskan sistem kebun-talun yang terdiri dari tiga fase yaitu : Fase pertama, terbentuk sesudah menebang hutan, disebut dengan fase kebun, Fase kedua, fase setelah dua tahun, di kebun mulai tumbuh anakan tanaman keras, dan Fase ketiga, fase ini terjadi sesudah tanaman semusim dalam kebun campuran dipanen, lapangan biasanya ditinggalkan selama kurang lebih 2-3 tahun sehingga terbentuklah talun. Talun adalah salah satu system agroforestry yang khas, yang ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman (annual), dimana strukturnya menyerupai hutan secara umum di temui diluar pemukiman dan sedikit yang berada didalam pemukiman.
Komponen biotik dan abiotik pada ekosistem pekarangan desa dan talun, antara lain komponen biotik yaitu produsen, konsumen dan pengurai, dan komponen abiotik yaitu sumber air, cahaya, iklim, tanah, suhu dan kelembaban. Di dalam ekosistem komponen biotik dan abiotik merupakan satu kesatuan dan saling mempengaruhi, artinya keduanya saling ketergantungan. Komponen biotik banyak dipengaruhi oleh komponen abiotik. Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat ditandai dari saling ketergantungan antara spesies, populasi, dan komunitas.
5.2. Saran
Setelah isi makalah ini dibaca, pembaca diharapkan dapat mengetahui sedikit banyaknya tentang ekosistem pakarangan desa dan talun. Kami menyadari isi makalah kami belum sempurna, maka dari itu kami dengan lapang hati menerima saran dan kritik dan mungkin masukan untuk makalah ini. Sehingga kedepannya kami bisa lebih teliti untuk membuat sebuah makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Alamendah. 2011. Tenggaring Atau
Kepulasan Flora Identitas Kalimantan Tengah. Available at: http://alamendah.org/2011/04/07/tenggaring-atau-kapulasan-flora-identitas-kalimantan-tengah/
(Diakses 21 mei 2014)
Alliya, Najla. 2012. Kandungan Buah Rambai.
Available at: http://manfaat-buahsayuran.blogspot.com/2012/12/kandungan-buah-rambai.html
(Diakses pada 25 mei 2014)
Anonim.
2011. Kapuas Segera Gelar Liga Pendidikan. Available at: http://porabudparkapuas.wordpress.com/page/15/ (Diakses 27 Mei 2014)
Anonim.2011. Defenisi dan Pengertian Tanah.
Available at: http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/11/definisi-dan-pengertian-tanah.html (Diakses pada 21 mei 2014).
Anonim. 2012. Keseimbangan Ekosistem. Available at: http://ilmupengetahuanalamsmk.blogspot.com/2012/04/keseimbangan-ekosistem.html (Diakes pada 26 Mei 2014)
Anonim. 2013.
Manfaat Kacang Panjang untuk Kesehatan. Available at: http://baleobat.blogspot.com/2013/05/manfaat-kacang-panjang-untuk-kesehatan.html (Diakses pada 27 Mei 2014)
Anonim. 2013. Memahami Keseimbangan
Ekosistem. Available at: http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/memahami-keseimbangan-ekosistem.html (Diakes pada 26 Mei 2014)
Anonim. 2013. Pengertian dan contoh rantai
makanan. Available at: http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/pengertian-dan-contoh-rantai-makanan.html
(21 Mei 2014)
Anonim. 2014. Manfaat Belimbing Wuluh
yang Ampuh. Available at: http://perempuan2014.blogspot.com/2014/03/manfaat-belimbing-wuluh.html
(Diakses pada 25 Mei 2014)
Anonim.
2014. Manfaat dan Khasiat Buah Nanas Bagi Kesehatan. Available at: http://manfaatbuahdaun.blogspot.com/2014/01/manfaat-dan-khasiat-buah-nanas.html (Diakses pada 27 Mei 2014)
Anonim. 2014. Pengertian,
unsur-unsur siklus materi dan aliran energi. Available at: http://smakita.net/pengertian-dan-unsur-unsur-siklus-materi/ (Diakses pada 24 mei 2014)
Anonymous. 2014. Manfaat dan Khasiat Keladi Tikus Bagi Kesehatan.
Available at: http://manfaatkhasiatnya.blogspot.com/2014/01/manfaat-dan-khasiat-tanaman-keladi.html (Diakses pada 27 Mei
2014)
Bagus, Sapto. 2012.
Khasiat Pandan Wangi. Available at: http://kitabherba.blogspot.com/2012/03/khasiat-pandan-wangi.html (Diakses pada 27 mei 2014)
Barata.
2011. Barata Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Available at: http://baratapemanfaatanlahanpekarangan.blogspot.com/
(Diakses pada 24 mei 2014)
Beruntung, Selamat Anda. 2009. Struktur
Tanah. Available at: http://jempolgareng.blogspot.com/2009/04/struktur-tanah.html (Diakses pada 21 Mei 2014)
Biosmada.
2012. Piramida Ekologi. Available at: http://biosmadaj.blogspot.com/2012/03/piramida-ekologi.html
(Diakses pada 25 Mei 2014)
Danoesastro, Haryono : “Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan Ketahanan Rakat Pedesaan”.
Agro – Ekonomi. Maret 1978. Available at: pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor_link/manfaat_pekarangan.doc (Diakses pada 23 mei 2014)
Dwiana,
F. A., Dwi Yarmalinda, Desy Rahayu, Devi A., Winda Yuliani, Rizky Amelia, Nur
Halimah. 2013. Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun. Universitas Islam Riau..
Elfis.
2010. Available at: http://elfisuir.blogspot.com/2010/03/ekologi-ekosistem.html
(Diakses pada 21 Mei 2014)
Grahadenata. 2012. Manfaat Buah Jambu Bol. Available
at: http://sehatsehatsehat86.blogspot.com/2012/09/buah-jambu-bol-jambu-bol-atau.html
(Diakses 23 mei 2014)
Hairiah,
K., Widianto dan Sunaryo. 2010. Bahan Ajar 1: Sistem Agroforestri di Indonesia.
Available at: www.docstoc.com/docs/36602474/bahan-ajar-1--sistem-agroforestri-di-indonesia
(Diakses
pada 26 Mei 2014)
Harjana,
Dadan. 2013. Kandungan Manfaat dan Khasiat Daun Katuk Bagi Kesehatan. Available
at: http://manfaatnyasehat.blogspot.com/2013/11/manfaat-daun-katuk.html (Diakses pada 27 Mei 2014)
Harjo. 2012. Adakah Manfaat Buah Seri.
Available at: http://harjo.wordpress.com/2012/06/20/adakah-manfaat-buah-seri/
(Diakses 21 mei 2014)
Hartono, Puji. 2012. Karya Tulis Pemanfaatan Tanaman
Cocor Bebek ( Kalanchoe pinata Pers) sebagai Obat Amandel. Available at: http://data-smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-pemanfaatan-tanaman-cocor.html (Diakses pada 23 mei 2014)
Hikmat. 2013. Contoh jaring-jaring
makanan. Available at: http://hikmat.web.id/biologi-klas-x/jaring-jaring-makanan/
(Diakses pada 21 mei 2014)
Kusuma,
H. C. 2013. Analisis Subsistem Tegal/Talun. Available at: http://ngawinesia.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-agroekologi-analisis_21.html
(Diakses pada 26 Mei 2014)
Lutfi, Arifin. 2013. Makalah Agroekosistem. Available at: http://lutfiarifin.blogspot.com/2013/03/makalah-agroekosistem.html (Diakses 20 Mei 2014)
Lutfi. 2013. Dampak Pembakaran Sampah. Available at: http://lutfi-fpk11.web.unair.ac.id/artikel_detail-72949-Indonesia%20Hijau-Dampak%20Pembakaran%20Sampah.html
Mastugino, 2012. Keseimbangan
Ekosistem. Available at: http://mastugino.blogspot.com/2012/07/keseimbangan-ekosistem.html (Diakes pada 26 Mei 2014)
Rohmanah, Chy.
2013. Manfaat mentimun dan efek sampingnya. Available at: http://blogging.co.id/manfaat-mentimun (Diakses 27 Mei 2014)
Rusdiyanto, Edi. 2004. Peranan Tanaman dalam
Mengurangi Pb dari Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Available at: http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ling1112/peranan-tan.htm (Diakses pada 26 Mei 2014)
Silvi.
2011. Kemasaman Tanah (pH tanah). http://www.silvikultur.com/Kemasaman_Tanah_pH.html (Diakses pada 21 mei 2014)
Sridianti.
2014. Pengertian Aliran Energi dalam Ekosistem. Available at: http://www.sridianti.com/pengertian-aliran-energi-dalam-ekosistem.html
(Diakses pada 25 mei 2014)
Sukajiyah. Ekosistem (3) pola Interaksi Dalam
Ekosistem. 2012. Available at: http://sukasains.com/materi/ekosistem-3-pola-interaksi-dalam-ekosistem/
(Diakses pada 25 mei 2014)
Sumaiku,
Yohan 2012. Apa Akibatnya Dari Pembakaran Sampah di Pekarangan Rumah Tangga dan
Pembakaran/Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan. Available at: http://smpn2ykgogreen.wordpress.com/2012/12/24/apa-akibatnya-dari-pembakaran-sampah-di-pekarangan-rumah-tangga-dan-pembakarankebakaran-hutan-terhadap-kesehatan/
(Diakses pada 26 Mei 2014)
Yong,
Vincent. 2014. Bunga Tasbih. Available at http://herba.berita1.com/bunga-tasbih. (Diakses 27 Mei 2014)

