Senin, 28 April 2014

KONSEP EKOSISTEM PERKARANGAN DESA DAN TALUN
1.1  Defenisi Ekosistem 
               Ekosistem adalah tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi (Campbell, 2004).
               Menurut Elfis (2010a), Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya sistem pemprosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu. Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen abiotik yang terdiri dari habitat seperti tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil dekomposisi makhluk hidup termasuk cahaya matahari dan iklim, dan komponen biotik yang terdiri dari semua unsur makhluk hidup, tumbuhan, hewan, dan mikrobiota; yang tersusun dari unsur ototrof sebagai produsen (tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen dan decomposer.

Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
1) Komponen hidup (biotik) : komponen biotik adalah bagian lingkungan yang berupa makhluk-makhluk            hidup (fungi, tumbuhan, hewan, dan monera).
2) Komponen tak hidup (abiotik) : komponen abiotik adalah bagian lingkungan yang berupa benda tak             hidup (contohnya air, tanah, udara, cahaya, pH, suhu dan iklim).

1.1.1        1.2  Perkarangan Desa
a.      Defenisi Pekarangan Desa
Pekarangan adalah sebidang lahan dengan batas tertentu, ada bangunan tempat tinggal di atasnya dan umumnya di tanami dengan berbagai jenis tumbuhan. Di perkarangan sering pula di pelihara unggas, ternak, dan ikan. Dari banyak penelitian dapat diketahui, perkarangan mempunyai fungsi ganda yang merupakan integrasi antara fungsi alam hutan dengan fungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial-budaya-ekonomi manusia. Fungsi ganda itu ialah hidrologi, pencagaran sumber daya gen, efek iklim mikro, sosial, produksi dan estetis.
Pekarangan sering disebut dengan berbagai istilah antara lain budidaya campuran kebun (mixed farming), halaman tertutup (house compound land dan home garden) .
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika.
Di daerah pedesaan, pekarangan sering mempunyai susunan tumbuhan yang tidak teratur sehingga menimbulkan kesan sebagai bentuk semak belukar atau hasil penanaman acak. Struktur pekarangan meliputi struktur vegetasi pekarangan, yaitu susunan tumbuhan yang mengisi ruang pekarangan, dan struktur lain bukan vegetasi misalnya rumah dan pagar mati yang mengisi ruang pekarangan.
Menurut Elfis (2007), pekarangan berkembang dari respon masyarakat terhadap meningkatnya tekanan terhadap populasi dan jumlah penduduk di pedesaan, atau pedesaan yang berubah menuju kearah perkotaan. Evolusi pekarangan berkembang melukiskan sistem kebun-talun yang terdiri dari tiga fase yaitu :
1.      Fase pertama, terbentuk sesudah menebang hutan, disebut dengan fase kebun. Pada fase kebun ditanami tanaman-tanaman semusim. Hasil tanaman dari kebun dikonsumsi sendiri oleh keluarga petani dan sebagian lagi dijual.
2.  Fase kedua, fase setelah dua tahun, di kebun mulai tumbuh anakan tanaman keras. Makin lama ruangan bagi tanaman semusim makin berkurang. Maka mulailah terbentuk kebun campuran. Kebun campuran berperan penting dalam konservasi tanah dan air.
3.  Fase ketiga, fase ini terjadi sesudah tanaman semusim dalam kebun campuran dipanen, lapangan biasanya ditinggalkan selama kurang lebih 2-3 tahun, sehingga didominasi oleh tanaman kera yang disebut kebun talun.



b.  Karakteristik Pekarangan Desa
     Karekteristik pekarangan desa yaitu memiliki aspek estetika, fungsional, dan pelestarian lingkungan, perkarangan dapat merupakan symbol status ekosistem buatan, ekosistem di katakan stabil apabila:
a.    Permukaan perkarangan datar, karenanya tidak terdapat erosi
b.    Tanaman di perkarangan beraneka ragam, dengan tajuk yang berlapis-lapis dapat menahan air hujan yang jatuh sehingga dapat menguraikan air larian
c.    Terbentuknya iklim mikro yang lebih baik (sejuk)
d.    Pembentukan humus tak terganggu dan terus mendapat tambahan bahan-bahan organik
e.    Dapat di laksanakan daur ulang limbah rumah tangga.

c. Jenis-jenis tanaman Pekarangan Desa
            Menurut Haris (2003), adapun tumbuhan yang tumbuh disana banyak jenisnya yaitu tumbuhan epifit selain itu tumbuhan tinggi yang ditumpangi oleh tumbuhan epifit seperti anggrek walaupun mereka hidupnya menumpang namun mereka mencari makanan sendiri kehadirannya disana hanya untuk mendapat cahaya matahari saja. Ia menyimpan air dan makanan pada akar dan batang yang gemuk dimana anggrek memiliki akar gantung untuk mengisap kelembapan udara. Selain itu ada tanaman merambat seperti rotan atau sejenis tanaman akar mereka memanjat pohon untuk mendapatkan cahaya matahari.
d. Fungsi Perkarangan Desa
Menurut penyelidikan Dinas Perkebunan Rakyat dahulu dalam Satiadireja (1984), fungsi pekarangan adalah:
1.        Penghasil makanan tambahan, yaitu tambahan pada makanan pokok (beras, jagung, ubi kayu)
2.        Pekarangan memberikan hasil setiap hari, hingga bagi pak tani menjadi sumber mata pencaharian
3.        Pekarangan menghasilkan rempah-rempah, obat-obatan, keperluan rumah tangga dan bunga-bungaan
4.        Pekarangan menghasilkan bahan bangunan-bangunan, terutama bambu, yang banyak ditanam di pinggir pekarangan
5.        Pekarangan menghasilkan kayu bakar, baik dari pohon buah-buahan maupun dari kayu-kayuan yang ditanam sebagai kayu bakar
6.        Pekarangan menghasilkan bahan-bahan dasar untuk berbagai kerajinan tangan
7.        Dibeberapa daerah pekarangan menghasilkan pula ternak dan itik.

1.1.1       1.3   Ekosistem Talun
a.      Defenisi Ekosistem Talun
      
Talun adalah salah satu sistem agroforestry yang khas, ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman (annual), dimana strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman.
Secara garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu talun permanen dan talun tidak permanen (talun-kebun). Pada talun permanen, tidak ditemukan adanya pergiliran tanaman dan pohon-pohonnya rapat dengan kanopi menutupi area, sehingga cahaya yang tembus sedikit dan hanya sedikit tanaman toleran yang ditanam, seperti Kunyit (Curcuma domestica), dan Jahe (Zingiber officinale). Bahkan pada Talun Bambu, hampir tidak mempunyai tumbuhan bawah karena kanopinya yang rapat. Pada talun yang pohonnya jarang, cahaya bisa banyak tembus, sehingga tanaman musiman tumbuh dan rumputpun dapat ditemukan, talun seperti itu disebut juga “Kebun Campuran”.


b. Fungsi Talun
Perkembangan talun dari sudut komposisi dan pola struktur vegetasi, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor biofisik dan sosial ekonomi, baik secara lokal maupun daerah. Penampilan kompleks vegetasi talun memungkinkannya mempunyai  berbagai  fungsi, baik fungsi ekologi  maupun  fungsi sosial ekonomi. Fungsi talun dapat dibedakan menjadi 4 bagian yaitu:
1.    produksi subsisten,
2.    produksi komersil,
3.    sumber daya nuftah dan konservasi tanah, dan

4.    fungsi social



Sumber:
Campbell, Neil, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga: Jakarta.
 Elfis. 2010. Bahan Ajar Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas   Islam Riau. Pekanbaru. 
Elfis (Online) http://www.blogspot.elfisuir.co.com/ diakses.28/04/2014