1.1 Defenisi Ekosistem
Ekosistem adalah tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi (Campbell, 2004).
Menurut Elfis (2010a), Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya sistem pemprosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu. Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen abiotik yang terdiri dari habitat seperti tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil dekomposisi makhluk hidup termasuk cahaya matahari dan iklim, dan komponen biotik yang terdiri dari semua unsur makhluk hidup, tumbuhan, hewan, dan mikrobiota; yang tersusun dari unsur ototrof sebagai produsen (tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen dan decomposer.
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
1) Komponen hidup (biotik) : komponen biotik adalah bagian lingkungan yang berupa makhluk-makhluk hidup (fungi, tumbuhan, hewan, dan monera).
2) Komponen tak hidup (abiotik) : komponen abiotik adalah bagian lingkungan yang berupa benda tak hidup (contohnya air, tanah, udara, cahaya, pH, suhu dan iklim).
1.1.1 1.2 Perkarangan
Desa
a.
Defenisi
Pekarangan Desa
Pekarangan
adalah sebidang lahan dengan batas tertentu, ada bangunan tempat tinggal di
atasnya dan umumnya di tanami dengan berbagai jenis tumbuhan. Di perkarangan
sering pula di pelihara unggas, ternak, dan ikan. Dari banyak penelitian dapat
diketahui, perkarangan mempunyai fungsi ganda yang merupakan integrasi antara
fungsi alam hutan dengan fungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial-budaya-ekonomi
manusia. Fungsi ganda itu ialah hidrologi, pencagaran sumber daya gen, efek
iklim mikro, sosial, produksi dan estetis.
Pekarangan sering disebut
dengan berbagai istilah antara lain budidaya campuran kebun (mixed farming), halaman tertutup (house compound land dan home garden) .
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak
langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan
satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan fungsional
dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini
adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan
biofisika.
Di daerah pedesaan,
pekarangan sering mempunyai susunan tumbuhan yang tidak teratur sehingga menimbulkan
kesan sebagai bentuk semak belukar atau hasil penanaman acak. Struktur pekarangan
meliputi struktur vegetasi pekarangan, yaitu susunan tumbuhan yang mengisi
ruang pekarangan, dan struktur lain bukan vegetasi misalnya rumah dan pagar
mati yang mengisi ruang pekarangan.
Menurut
Elfis (2007), pekarangan berkembang dari respon masyarakat terhadap
meningkatnya tekanan terhadap populasi dan jumlah penduduk di pedesaan, atau
pedesaan yang berubah menuju kearah perkotaan. Evolusi pekarangan berkembang
melukiskan sistem kebun-talun yang terdiri dari tiga fase yaitu :
1. Fase
pertama, terbentuk sesudah menebang hutan, disebut dengan fase kebun. Pada fase
kebun ditanami tanaman-tanaman semusim. Hasil tanaman dari kebun dikonsumsi
sendiri oleh keluarga petani dan sebagian lagi dijual.
2. Fase
kedua, fase setelah dua tahun, di kebun mulai tumbuh anakan tanaman keras.
Makin lama ruangan bagi tanaman semusim makin berkurang. Maka mulailah
terbentuk kebun campuran. Kebun campuran berperan penting dalam konservasi
tanah dan air.
3. Fase
ketiga, fase ini terjadi sesudah tanaman semusim dalam kebun campuran dipanen,
lapangan biasanya ditinggalkan selama kurang lebih 2-3 tahun, sehingga
didominasi oleh tanaman kera yang disebut kebun talun.
b. Karakteristik
Pekarangan Desa
Karekteristik pekarangan desa yaitu memiliki aspek estetika, fungsional, dan
pelestarian lingkungan, perkarangan dapat merupakan symbol status ekosistem
buatan, ekosistem di katakan stabil apabila:
a. Permukaan
perkarangan datar, karenanya tidak terdapat erosi
b. Tanaman
di perkarangan beraneka ragam, dengan tajuk yang berlapis-lapis dapat menahan
air hujan yang jatuh sehingga dapat menguraikan air larian
c. Terbentuknya
iklim mikro yang lebih baik (sejuk)
d. Pembentukan
humus tak terganggu dan terus mendapat tambahan bahan-bahan organik
e. Dapat
di laksanakan daur ulang limbah rumah tangga.
c. Jenis-jenis
tanaman Pekarangan Desa
Menurut Haris (2003), adapun tumbuhan yang tumbuh
disana banyak jenisnya yaitu tumbuhan epifit selain itu tumbuhan tinggi yang
ditumpangi oleh tumbuhan epifit seperti anggrek walaupun mereka hidupnya
menumpang namun mereka mencari makanan sendiri kehadirannya disana hanya untuk
mendapat cahaya matahari saja. Ia menyimpan air dan makanan pada akar dan
batang yang gemuk dimana anggrek memiliki akar gantung untuk mengisap
kelembapan udara. Selain itu ada tanaman merambat seperti rotan atau sejenis
tanaman akar mereka memanjat pohon untuk mendapatkan cahaya matahari.
d. Fungsi
Perkarangan Desa
Menurut
penyelidikan Dinas Perkebunan Rakyat dahulu dalam Satiadireja (1984), fungsi
pekarangan adalah:
1.
Penghasil makanan
tambahan, yaitu tambahan pada makanan pokok (beras, jagung, ubi kayu)
2.
Pekarangan memberikan
hasil setiap hari, hingga bagi pak tani menjadi sumber mata pencaharian
3.
Pekarangan menghasilkan
rempah-rempah, obat-obatan, keperluan rumah tangga dan bunga-bungaan
4.
Pekarangan menghasilkan
bahan bangunan-bangunan, terutama bambu, yang banyak ditanam di pinggir
pekarangan
5.
Pekarangan menghasilkan
kayu bakar, baik dari pohon buah-buahan maupun dari kayu-kayuan yang ditanam
sebagai kayu bakar
6.
Pekarangan menghasilkan
bahan-bahan dasar untuk berbagai kerajinan tangan
7.
Dibeberapa daerah
pekarangan menghasilkan pula ternak dan itik.
1.1.1 1.3 Ekosistem
Talun
a.
Defenisi
Ekosistem Talun
Talun
adalah salah satu sistem agroforestry yang khas, ditanami dengan campuran
tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman (annual), dimana
strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui di luar pemukiman dan hanya
sedikit yang berada di dalam pemukiman.
Secara
garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu talun permanen
dan talun tidak permanen (talun-kebun). Pada talun permanen, tidak ditemukan
adanya pergiliran tanaman dan pohon-pohonnya rapat dengan kanopi menutupi area, sehingga cahaya yang tembus sedikit
dan hanya sedikit tanaman toleran yang
ditanam, seperti Kunyit (Curcuma domestica), dan Jahe (Zingiber
officinale). Bahkan pada Talun Bambu,
hampir tidak mempunyai tumbuhan bawah karena kanopinya yang rapat. Pada talun yang pohonnya jarang, cahaya bisa
banyak tembus, sehingga tanaman musiman tumbuh
dan rumputpun dapat ditemukan, talun seperti itu disebut juga “Kebun Campuran”.
b. Fungsi Talun
Perkembangan
talun dari sudut komposisi dan pola struktur vegetasi, banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor biofisik dan sosial ekonomi, baik secara lokal maupun daerah. Penampilan kompleks vegetasi talun memungkinkannya mempunyai berbagai
fungsi, baik fungsi ekologi
maupun fungsi sosial ekonomi. Fungsi talun dapat dibedakan menjadi 4 bagian
yaitu:
1.
produksi
subsisten,
2.
produksi
komersil,
3.
sumber
daya nuftah dan konservasi tanah, dan
4.
fungsi
social
Sumber:
Campbell,
Neil, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima
Jilid 3. Erlangga: Jakarta.
Elfis.
2010. Bahan Ajar Mata Kuliah Ekologi
Tumbuhan Ekosistem Pekarangan Desa dan Talun. Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau. Pekanbaru.
